TEMPO.CO, Jakarta - Bubarnya kesepakatan gencatan senjata antara Armenia dan Azerbaijan di Nagorno-Karabakh mempersulit kerja Palang Merah di sana. Karena kedua negara masih saling memborbardir satu sama lain dengan artileri, Palang Merah tidak bisa memfasilitasi pertukaran jenazah dan tahanan yang sudah disepakati.
"Organisasi kami sudah berupaya memfasilitasi pertukaran tahanan dan jenazah, tapi situasinya memang tidak aman," ujar Direktur Regional Eurasia dari Komite Internasional Palang Merah, Martin Schuepp, dikutip dari kantor berita Reuters, Rabu, 14 Oktober 2020.
Schuepp belum tahu bagaimana pertukaran jenazah dan tahanan akan dilakukan nantinya. Di saat bersamaan, jumlah korban akibat pertempuran di Nagorno-Karabakh terus meningkat, lebih dari 500 orang.
Per berita ini ditulis, Nagorno-Karabakh, yang dihuni Armenia, mencatatkan 532 personil militer meninggal. Sementara itu, Azerbaijan mencatatkan 42 warga tewas dan 206 luka-luka sejak 27 September lalu. Data lengkap dari semua pihak yang terlibat belum terungkap.
Angka tersebut kemungkinan akan bertambah akibat faktor eksternal, COVID-19. Dalam dua pekan terakhir, menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), angka kasus COVID-19 di Armenia naik dua kali lipat sementara di Azerbaijan 80 persen.
"Kami sudah mengajukan penambahan anggaran US$10 juta untuk mendukung bantuan kemanusiaan (di Nagorno-Karabakh)," ujar Schuepp menambahkan.
Diberitakan sebelumnya, pertempuran di Nagorno-Karabakh dipicu saling klaim atas wilayah tersebut oleh Armenia dan Azerbaijan. Secara hukum internasional, Nagorno-Karabakh adalah bagian dari Azerbaijan. Namun, sejak bubarnya Uni Soviet, etnis Armenia menghuni Nagorno-Karabakh, bahkan membentuk pemerintahannya sendiri di sana.
Selama bertahun-tahun, Armenia dan Azerbaijan saling serang perihal Nagorno-Karabakh. Salah satu peristiwa terburuknya terjadi pada periode 1991-1994, kala Uni Soviet bubar. Dalam pertempuran di periode itu, 30 ribu orang menjadi korban.
Negara tetangga tidak ingin situasi serupa terulang, apalagi jika Turki (sekutu Azerbaijan) dan Rusia (sekutu Armenia) sampai ikut masuk ke dalam petempuran. Upaya gencatan senjata Sabtu lalu di Moskow, yang melibatkan Rusia, Prancis, dan Amerika, bertujuan untuk mencegah eskalasi namun malah gagal usai disepakati.
ISTMAN MP | REUTERS