TEMPO.CO, Jakarta - Kamboja dan Cina menandatangani kesepakatan perdagangan bebas kemarin, 12 Oktober 2020. Perdana Menteri Kamboja Hun Sen dan Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi menyaksikan penandatangan kesepakatan itu di Istana Damai di Phnom Penh.
Kamboja berharap perdagangan bebas dengan Cina akan membantu mengimbangi kehilangan skema bebas tarif ekspor ke Uni Eropa dan mendapatkan dana US$ 140 juta dari Beijing yang akan digunakan untuk proyek prioritas.
Menteri Perdagangan Kamboja Oan Soraksak yang menandatangani kesepakatan perdagangan bebas dengan Cina mengatakan, kesepakatan ini sebagai tanda hubungan yang semakin kuat antara kedua negara sekaligus tonggak sejarah penting lainnya bagi hubungan Kamboja dan Cina.
"Kesepakatan ini akan memberikan kemitraan ekonomi yang lebih kuat melalui akses pasar yang lebih tinggi, liberalisasi barang, jasa, dan investasi," kata Soraksak seperti dikutip dari Radio Free Asia.
Menurut Soraksak, perdagangan bebas Kamboja dan Cina akan memberikan manfaat ekonomi dan sosial kepada masyarakat kedua negara secara saling menguntungkan.
Menteri Perdagangan Cina, Zhong Shan melalui video mengatakan perdagangan bebas kedua negara merupakan tonggak baru dalam pengembangan ekonomi dan perdagangan bilateral.
"Cina siap untuk terus berkomunikasi erat dengan Kamboja untuk mendorong berlakunya perjanjian lebih awal," ujar Shan.
Pemerintah Kamboja memperkirakan peningkatan ekspor ke Cina sebesar 20 persen atau lebih setiap tahun dan perdagangan bilateral kedua negara akan mencapai US$ 10 miliar di tahun 2023.
Data Perdagangan PBB menunjukkan data bahwa di tahuan 2018, ekspor kamboja ke Cina mencapai US$ 1,3 miliar. Impor Kamboja senilai US4 6,1 miliar untuk produk Cina.
Sumber:
https://www.rfa.org/english/news/cambodia/agreement-10122020145447.html