TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, menjadi target serangan vandalisme menggunakan tomat dan darah palsu.
Tindakan vandalisme ini juga mengenai mobil dinasnya saat dia mengunjungi Universitas Queensland pada Senin, 12 Oktober 2020 pada waktu setempat.
“Scott Morrison mengunjungi pusat pengembangan vaksin, yang menjadi lokasi pembuatan vaksin Covid-19,” begitu dilansir CNN pada Senin, 12 Oktober 2020.
Saat kunjungan sedang berlangsung, sejumlah pemrotes memercikkan cairan merah ke mobil dan gedung kampus.
Petugas keamanan lalu mengawal Scott Morrison keluar setelah sempat terjebak di dalam gedung kampus. Media afiliasi CNN yaitu 9 News melaporkan demonstran mengangkat isu soal tempat penahanan pengungsi di Australia. Para pemrotes melemparkan tomat dan cat merah.
Para pemrotes berasal dari grup komunitas Refugee Solidarity Meanjin, yang memprotes penahanan para pencari suaka atau pengungsi oleh lembaga imigrasi Australia.
“Kami ke sana untuk memprotes penahanan tanpa batas waktu orang-orang yang mencari tempat tinggal aman,” kata juru bicara kelompok ini kepada CNN.
Dia mengatakan para pemrotes juga melumuri tomat dengan darah palsu lalu melemparkannya ke arah kepala Scott Morrison saat PM keluar dengan pengawalan dari pintu belakang gedung kampus.
Kelompok komunitas Refugee Solidarity Meanjin mengatakan warga pencari suaka telah ditahan selama 8 tahun di pusat penahanan. “Dia melanggar hukum HAM internasional,” kata juru bicara ini.
Wakil Penasehat Universitas Queensland, Profesor Deborah Terry, mengatakan kampus menghormati kebebasan berpendapat dan hak memprotes. “Namun, kami merasa kecewa dengan tindakan vandalisme yang mencemari kunjungan PM ke laboratorium pengembangan vaksin Covid-19,” kata Terry soal kunjungan Scott Morrison.
Sumber
https://edition.cnn.com/2020/10/12/australia/scott-morrison-protest-intl-scli/index.html