TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Iran belum memiliki jumlah mencukupi uranium yang diperkaya untuk membuat satu bom nuklir. Kajian ini berdasarkan standar resmi dari lembaga pemantau bom atom itu.
“Iran terus memperkaya nuklir lebih banyak dari komitmen yang pernah mereka buat. Jumlah ini bertambah setiap bulan,” kata Rafael Grossi, kepala Lembaga Energi Atom Internasional atau IAEA, seperti dilansir media Austria dan dikutip Reuters pada Sabtu, 10 Oktober 2020.
Menurut laporan IAEA terakhir pada September, Iran memiliki 2,105,4 kilogram uranium yang diperkaya. Jumlah ini jauh melebihi 202,8 kilogram uranium yang diperkaya berdasarkan Perjanjian Nuklir Iran 2015 dengan sejumlah negara besar.
Iran juga hanya memperkaya uranium hingga 4,5 persen, yang masih jauh dari level 20 persen pengayaan sebelum kesepakatan Perjanjian Nuklir 2015. Level pengayaan uranium ini juga masih jauh dari level 90 persen, yang memungkinkan pembuatan bom nuklir.
Grossi enggan menjelaskan kapan Iran bakal bisa membuat bom nuklir.
“Kami melihat pada jumlah signifikan, yang merupakan jumlah minimum untuk memperkaya uranium atau plutonium yang dibutuhkan untuk membuat bom atom,” kata Grossi sambil menambahkan,”Iran tidak memiliki jumlah signifikan saat ini.”
Selama ini, pemerintah Iran mengatakan tidak berencana membuat bom nuklir. Ini karena instalasi nuklir yang dibuat untuk tujuan energi dan medis.
Sumber
https://www.reuters.com/article/us-iran-nuclear-iaea/iran-short-of-significant-quantity-of-potential-bomb-material-iaea-boss-idUSKBN26V0U1