TEMPO.CO, Jakarta - Gereja Inggris mengaku malu dan meminta maaf atas kasus pelecehan seksual terhadap anak-anak yang terjadi di lingkungan mereka selama puluhan tahun. Mewakili Gereja Inggris, Uskup Huddersfield Jonathan Gibbs menjanjikan perubahan agar kasus serupa tak terulang.
"Saya tahu meminta maaf tidak serta merta menghapus dampak dari pelecehan yang diterima korban atau penyintas. Hari ini kami ingin menyatakan rasa malu dan permintaan maaf dari kami," ujar Gibbs, dikutip dari kantor berita Reuters, Selasa, 6 Oktober 2020.
Diberitakan sebelumnya, penyelidikan independen dari Independent Inquiry into Child Sexual Abuse (IICSA) mengungkapkan bahwa 390 pendeta atau pengurus Gereja Inggris terlibat kasus pelecehan seksual selama puluhan tahun. Menurut laporan mereka, kasus itu terjadi dari tahun 1940an hingga 2018 atau kurang lebih 78 tahun.
Salah satu kasusnya adalah pelecehan seksual oleh mantan Uskup Gloucester, Peter Ball, pada 2015. Menurut laporan IICSA, Peter Ball menjebak korbannya dengan membujuk mereka bahwa tampil telanjang, masturbasi, dan menyakiti diri sendiri adalah ajaran Santo Fransiskus untuk mendekatkan diri dengan Tuhan.
Salah satu korbannya adalah Neil Todd yang bunuh diri di usia 38 tahun, 1992. Tidak ada satupun tindakan atau hukuman diberikan kepada Ball walaupun laporan datang dari orang-orang di sekitarnya. Bahkan, laporan itu sudah sampai ke Uskup Agung Canterbury namun tak memberi hasil.
"Seluruh gereja di bawah Gereja Inggris harus berbenah dari hasil penyelidikan ini. Fokus utama kami adalah memperbaiki respon terhadap laporan dari korban atau penyintas," Jonathan Gibbs yang mewakili Gereja Inggris.
Pangeran Charles ikut meminta maaf atas temuan IICSA. Ia mengklaim tidak menyadari perbuatan bejat Peter Ball. Dikutip dari Reuters, Peter Ball dikenal dekat dengan Pangeran Charles.
"Saya benar-benar menyesal dari hati yang terdalam. Saya termasuk yang tertipu, untuk waktu yang lama, dan tidak menyadari aktivitas Peter Ball," ujar Pangeran Charles.
ISTMAN MP | REUTERS