TEMPO.CO, Jakarta - Polisi anti huru-hara Hong Kong menangkap puluhan demonstran dan aktivis pro demokrasi di tengah perayaan Hari Nasional Cina kemarin. Total, ada 50 orang yang ditangkap di mana mereka diikat dan kemudian dibawa pergi menggunakan bus.
Kepala Eksekutif Hong Kong, Carrie Lam, memuji langkah yang diambil Kepolisian Hong Kong. Menurutnya, langkah kepolisian menangkapi aktivis di sepanjang rute pawai anti-pemerintah berhasil menjaga stabilitas kota Hong Kong pada Hari Nasional Cina. Klaim itu tak ayal ditanggapi sinis aktivis.
"Ini Hari Nasional Cina, tetapi juga Hari Matinya Hong Kong...Orang-orang Hong Kong berada di bawah banyak tekanan tetapi kita harus berusaha dan terus berjuang untuk kebebasan," ujar Jay, salah satu demonstran, sebagaimana dikutip dari kantor berita Reuters, Kamis, 1 Oktober 2020.
Turunnya para demonstran ke jalan, pada Hari Nasional Cina, masih untuk misi yang sama. Mereka masih menentang diterapkannya UU Keamanan Nasional yang disahkan oleh Parlemen Cina pada 30 Juni lalu. Regulasi itu dianggap menghilangkan otonomi Hong Kong sekaligus merengut kebebasan berpendapat atas dalih keamanan nasional.
Selain itu, demonstran dan aktivis pro demokrasi juga menuntut pengembalian 12 orang Hong Kong yang ditangkap di laut oleh otoritas Cina. Hal itu terjadi pada Agustus lalu ketika mereka mencoba kabur ke Taiwan.
Kontras dengan para demonstran, Carrie Lam merayakan Hari Nasional Cina dengan menghadiri pengibaran bendera bersama para pejabatnya. Selama pengibaran, ia dikelilingi polisi dan pasukan keamanan.
“Selama tiga bulan terakhir, kebenarannya adalah, dan sudah sangat jelas, bahwa stabilitas telah dipulihkan dan rakyat kami dapat terus menikmati hak dasar dan kebebasan mereka,” kata Carrie Lam.
Secara terpisah, Kepolisian Hong Kong mengatakan dalam postingan Facebook-nya bahwa mereka tengah mencari dua demonstran. Mereka diduga melempar bom bensin untuk memblokir lalu lintas kota kala Hari Nasional Cina.
FERDINAND ANDRE | REUTERS