TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Lebanon dan Israel menyepakati kerangka perundingan yang dimediasi pemerintah Amerika Serikat untuk mengakhiri sengketa panjang mengenai perbatasan kedua negara.
Lebanon dan Israel, yang masih berada dalam status resmi berperang, bersengketa mengenai perbatasan darat dan laut selama beberapa puluh tahun.
“Wilayah sengketa laut berada di tepi dari tiga blok energi Lebanon,” begitu dilansir Reuters pada Kamis, 1 Oktober 2020.
Pemerintah Israel mengatakan pembicaraan soal ini bakal mencakup wilayah perbatasan.
“Ini adalah kerangka kesepakatan tapi belum final,” kata Nabih Berri, juru bicara parlemen Lebanon.
AS telah mengenakan sanksi kepada pembantu seniornya terkait dugaan kasus korupsi dan membiayai Hizbullah, yang didukung Iran.
AS memasukkan Hizbullah sebagai organisasi teroris. Hizbullah dan Israel, yang berseteru, bertempur hebat pada 2006.
Pengumuman kerangka perundingan ini terjadi di tengah kondisi Lebanon menghadapi krisis terburuk sejak Perang Sipil 1975-1990.
Lebanon mengalami krisis keuangan parah, yang semakin buruk setelah terjadi ledakan besar di Pelabuhan Beirut pada awal Agustus 2020.
Ledakan zat amonium nitrat itu menewaskan sekitar 200 orang dan melukai sekitar 6 ribu orang.
Menteri Energi Israel mengatakan pembicaraan soal sengketa wilayah laut ini bakal dimulai pada 9 Oktober 2020.
Pejabat Kemenlu Amerika menyambut baik kesediaan kedua negara berunding soal perbatasan laut. Kerangka pembahasan ini melewati masa pembahasan selama tiga tahun diplomasi.
Sumber