TEMPO.CO, Jakarta - Dua negara anggota NATO yaitu Turki dan Prancis saling melontarkan pernyataan keras pada Rabu, 30 September 2020 terkait bentrok militer antara pasukan militer Azerbaijan dan pasukan etnis Armenia di Nagorno-Karabakh.
Konflik yang terjadi sejak akhir pekan lalu ini merupakan bentrok paling besar antara pasukan Azerbaijan dan pasukan etnis Armenia di Nagorno-Karabakh, yang merupakan wilayah Azerbaijan namun berpenduduk mayoritas etnis Armenia.
“Turki akan melakukan apa yang perlu dilakukan,” kata Mevlut Cavusoglu, menteri Luar Negeri Turki, seperti dilansir Reuters pada Rabu, 30 September 2020.
Cavusoglu mengatakan ini saat ditanya apakah Turki akan memberikan dukungan militer jika diminta Azerbaijan.
Soal ini, Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev, mengatakan belum membutuhkan bantuan militer dan berterima kasih kepada pemerintah Turki.
Cavusoglu juga mengatakan solidaritas Prancis terhadap Armenia merupakan bentuk dukungan pendudukan Armenia di Azerbaijan.
Soal ini, Presiden Prancis, Emmanuel Macron, mengritik balik pernyataan Cavusoglu itu dan menyebutnya sebagai pesan bernada perang.
Macron menyebut pernyataan itu menghilangkan rasa segan terhadap upaya penguasaan kembali Nagorno-Karabakh oleh Azerbaijan. “Dan kami tidak bakal menerima itu,” kata dia seperti dilansir Reuters.
Sumber: