TEMPO.CO, Jakarta - Vatikan menolak permintaan audiensi dari Menteri Luar Negeri Amerika, Mike Pompeo. Mereka menuduh Mike Pompeo berusaha menyeret Vatikan ke Pilpres Amerika dengan mengecam hubungan Vatikan dengan Cina. Di sisi lain, Paus Fransiskus memang menghindari pertemuan dengan politisi di masa pemilu.
“Ya, dia meminta (audiensi). Tapi Paus Fransiskus sudah berkata dengan jelas bahwa tokoh politik tidak dapat diterima selama periode pemilu. Itulah alasannya,” ujar Menteri Luar Negeri Vatikan, Kardinal Pietro Parolin, dikutip dari Reuters, Kamis, 1 Oktober 2020.
Sebelum bertandang ke Roma, Italia, Mike Pompeo memang sudah mengkritik Vatikan lebih dulu. Lewat serangkaian tweet, Ia mempermasalahkan keputusan Paus Fransiskus memperbarui perjanjian dengan Cina perihal pemilihan uskup.
Saat berada di Roma pada hari Rabu, menghadiri event yang digelar Kedutaan Besar Amerika, Mike Pompeo mengulangi kecamannya. Ia mengkritik rekam jejak Cina terkait kebebasan beragama yang menurutnya membahayakan.
“Tidak ada serangan pada kebebasan beragama yang lebih parah dari Cina,” kata Pompeo. Ia berpendapat bahwa Partai Komunis Cina ingin ‘memadamkan lampu kebebasan dalam skala yang mengerikan’.
Vatikan memang memiliki perjanjian dengan Beijing perihal pemilihan uskup selama dua tahun. Dalam perjanjian tersebut, Pemerintah Cina boleh menentukan calon uskup, namun keputusan akhir berada di Vatikan. Sebelum diperpanjang, perjanjian yang dibuat pada 22 September 2018 tersebut akan berakhir tanggal 22 Oktober tahun ini.
Bagi Vatikan, perjanjian itu adalah langkah maju. Sebab, perjanjian itu memberi ruang bagi umat Katolik di Cina untuk beribadah tanpa rasa takut. Mereka, selama beberapa dekade, sempat beribadah secara besembunyi karena Pemerintah Cina menentang ibadah yang dianggap mengancam komunisme.
Menanggapi pernyataan Mike Pompeo, Vatikan mengaku terkejut. Apalagi, pernyataan itu disampaikan sebelum bertemu dengan Paus Fransiskus. Menurut Menteri Luar Negeri Uskup Agung Paul Gallagher, apa yang dilakukan Mike Pompeo tidak tepat.
“Biasanya, ketika anda mempersiapkan kunjungan antara pejabat tingkat tinggi, anda merundingkan agenda tentang apa yang akan anda bicarakan secara pribadi dan rahasia. Itu adalah salah satu aturan berdiplomasi,” kata Gallagher.
FERDINAND ANDRE | REUTERS