TEMPO.CO, Jakarta - Paus Fransiskus ikut berkomentar soal ketegangan militer antara Armenia dan Azerbaijan di Nagorno-Karabakh. Ia meminta konflik yang telah memakan belasan korban jiwa tersebut untuk segera diseleaikan dengan jalur negosiasi.
"Saya mendoakan kedamaian untuk situasi di Kaukasus (Nagorno-Karabakh) dan meminta semua pihak yang terlibat untuk mengupayakan penyelesaian dengan cara baik-baik, lewat dialog dan bukan lewat persenjataan," ujar Paus Fransiskus, dikutip dari kantor berita Reuters, Ahad, 27 September 2020.
Diberitakan sebelumnya, konflik antara Armenia dan Azerbaijan pecah di Nagorno-Karabakh pada Ahad kemarin. Kedua negara saling serang, saling tuduh, bahkan sama- sama menerapkan hukum militer untuk memukul mundur masing-masing. Belum diketahui siapa yang lebih dulu memulai di Nagorno-Karabakh
Hingga berita ini ditulis, korban jiwa di Nagorno-Karabakh tercatat ada 16 orang. Untuk korban luka-luka, disebut ada 100 lebih. Angka tersebut berpotensi bertambah mengingat konflik di antara dua negara mantan bagian Uni Soviet tersebut masih berlangsung.
"Kami telah mendeklarasikan hukum militer dan total mobilisasi. Warga harus bersiap untuk melindungi tanah air ini," ujar Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan.
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, mengatakan bahwa upaya penyelesaian secara diplomasi telah dimulai. Komunikasi antara pihak Armenia, Azerbaijan, serta Turki (sekutu Azerbaijan), kata Lavrov, sedang berjalan untuk menentukan langkah selanjutnya.
Hal tersebut dibenarkan oleh Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan. Ia pun meminta Armenia untuk segera menghentikan serangan kepada Azerbaijan di Nagorno-Karabakh. Jika tidak dihentikan, dikhawatirkan hal itu malah akan makin memanaskan situasi di Nagorno-Karabakh yang dilalui pipa distribusi migas untuk pasar internasional.
"Jangan biarkan kepemimpinan di negara kalian menyeret kalian semua ke dalam bencana," ujar Erdogan kepada rakyat Armenia.
Terakhir kali Armenia dan Azerbaijan saling serang dalam skala besar, hal itu terjadi pada 2016 lalu. Kurang lebih 200 orang meninggal dalam peristiwa tersebut.
ISTMAN MP | REUTERS