TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Donald Trump berharap Senat AS segera menentukan hakim agung yang baru sebelum Pilpres Amerika digelar. Sejauh yang ia tahu, Senat AS akan menggelar voting hakim agung yang baru pada 12 Oktober nanti.
Hal tersebut dibenarkan oleh Sekretaris Senat AS, Lindsey Graham. Ia mengatakan, proses pemilihan hakim agung akan dimulai pada 12 Oktober nanti. Hal itu dimulai dari sesi presentasi dari calon hakim agung Amy Coney Barrett dan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab selama 4 hari.
"Prosesnya akan sangat cepat karena kami mengejar target beres sebelum Pilpres Amerika digelar," ujar Graham, dikutip dari kantor berita Reuters, Ahad, 27 September 2020
Graham berharap rangkaian proses di Senat AS berjalan lancar untuk bisa menentukan hakim agung yang baru sesegera mungkin. Ia menjanjikan rangkaian proses tidak akan berbeda banyak, hanya dipercepat saja. Di sisi lain, ia juga meminta para senator siap mencecar Barrett mengingat biasanya ada waktu delapan pekan untuk persiapan.
Sejauh ini, peta dukungan di Senat AS condong ke menyetujui Barrett sebagai hakim agung yang baru. Di sisi lain, Republikan memegang posisi dominan di Senat AS, 53-47 terhadap kubu Demokrat. Alhasil, apabila Republikan solid, maka tidak akan ada yang bisa menghalangi Barrett menjadi hakim agung yang baru.
Di kubu Demokrat, pemilihan Barrett dipermasalahkan. Dirinya adalah figur konservatif yang akan membuat Pengadilan Mahkamah AS semakin condong ke sayap Kanan.
Ketika mendiang Ruth Bader Ginsburg masih hidup, yang akan digantikan oleh Barrett, komposisi hakim konservatif di Pengadilan Mahkamah AS adalah 5-4. Dengan masuknya Barrett, komposisinya berubah jadi 6-3 di mana akan menguntungkan figur konservatif seperti Donald Trump.
Donald Trump sendiri sudah melempar sinyal akan membawa hasil Pilpres Amerika ke Pengadilan Mahkamah AS jika dirinya kalah. Hal itu berkaitan dengan keyakinannya bahwa mekanisme Pilpres Amerika via pos, yang bakal dipakai separuh pemilih di AS, rentan bocor dan dicurangi.
ISTMAN MP | REUTERS