TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, memastikan bahwa dirinya tidak akan mengikuti pemilu Malaysia berikutnya pada 2023 nanti. Usia, kata ia, menjadi faktor utama di mana dirinya akan berusia 98 tahun ketika pemilu digelar. Di sisi lain, dirinya tidak yakin akan ada pemilu cepat.
"Dalam situasi normal, bisa saja pemilu digelar sekarang karena hal itu memberi rakyat untuk menentukan pemerintahan yang baru. Namun, dengan situasi COVID-19 sekarang, menggelar pemilu terlalu beresiko untuk masyarakat," ujar Mahathir Mohamad, dikutip dari Channel News Asia, Sabtu, 26 September 2020.
Meski sudah memastikan tak akan maju, Mahathir Mohamad menyampaikan bahwa dirinya akan tetap berkecimpung di dunia politik. Dirinya akan lebih berperan sebagai penasehat melalui Partai Pejuang. Ia juga mengaku akan terus memantau perkembangan pemerintahan yang ada sekarang.
Pada awal bulan, Mahathir Mohamad menyatakan dirinya memasang target Pejuang memenangkan 30 kursi di Pemilu berikutnya. Tujuannya, agar partainya memegang posisi kunci untuk menentukan formasi pemerintahan berikutnya.
Pejuang sendiri bukanlah bagian dari koalisi penguasa, Perikatan Nasional, ataupun koalisi oposisi, Pakatan Harapan. Namun, saat Mahathir Mohamad masih menjadi PM Malaysia, ia mewakili Pakatan Harapan dengan Partai Bersatu yang juga ia bentuk.
Ia ditendang keluar dari Bersatu karena menolak mendukung PM Malaysia saat ini, Muhyiddin Yassin. Adapun kandidat yang mungkin bersaing dengan Muhyiddin Yasin nantinya adalah Anwar Ibrahim yang awal pekan ini mengklaim sudah memiliki cukup dukungan dari anggota Parlemen Malaysia untuk membentuk pemerintahan baru.
ISTMAN MP | CHANNEL NEWS ASIA