TEMPO.CO, Jakarta - Dua orang jurnalis terluka akibat serangan senjata tajam di depan bekas kantor media Charlie Hebdo di Rue Nicolas-Appert, Paris, Prancis pada Jumat, 25 September 2020.
Perdana Menteri Prancis, Jean Castex, mengatakan itu adalah lokasi simboli dan mengecam keras serangan itu.
Polisi sedang menginvestigasi motif serangan ini dan kemungkinannya terkait dengan aksi terorisme.
Sejumlah warga yang tinggal di sekitar lokasi mengaku merasa takut akibat munculnya serangan terbaru itu.
“Saya merasa sangat takut. Ini seperti mimpi buruk yang tidak berakhir,” kata kata seorang warga yang tinggal di sekitar area dan dikutip Reuters pada Jumat, 25 September 2020.
Seorang warga lainnya yang bernama Nathan Messas dan tinggal di seberang bekas kantor media itu mengatakan melihat polisi menangkap seorang pria di jalan.
“Sekali lagi kebencian dan kebencian. Saya tidak tahu kapan ini akan berakhir,” kata Messas.
Kantor Charlie Hebdo pindah ke sebuah bunker rahasia pasca serangan 2015, yang menewaskan 12 orang staf media itu.
Aksi penusukan itu terjadi bertepatan dengan dimulainya pengadilan pada September ini terhadap 14 orang yang diduga anggota komplotan dari serangan 2015.
Charlie Hebdo memperingati dimulainya pengadilan ini dengan mencetak ulang kartun Nabi Muhammad, yang pernah menimbulkan protes warga Muslim di sejumlah negara. Kartun itu pertama kali di publish pada 2005 oleh sebuah media di Denmark.
Sumber
https://www.reuters.com/article/us-france-security-scene/never-ending-nightmare-violence-returns-to-paris-street-where-charlie-hebdo-was-attacked-idUSKCN26G2G8