TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah demonstran turun ke jalan di Louisville, Kentucky, Amerika Serikat, setelah mendengar pengumuman terkait investigasi kasus tewasnya perawat perempuan kulit hitam Breonna Taylor.
“Tidak ada nyawa yang berarti hingga nyawa warga kulit hitam berarti,” begitu teriak demonstran saat unjuk rasa selama beberapa jam di kota terbesar di negara bagian Kentucky itu seperti dilansir Channel News Asia pada Kamis, 24 September 2020.
Selama demonstrasi berlangsung, sempat terjadi sejumlah bentrokan sporadis antara demonstran dan pengunjuk rasa.
“Wali Kota Louisville lalu menerapkan jam malam pada pukul 9 malam waktu setempat,” seperti dilansir Channel News Asia pada Kamis, 24 September 2020.
Otoritas juga menutup banyak lalu lintas untuk meredam kerusuhan, yang berlangsung di kota terbesar di Kentucky dengan populasi sekitar 600 ribu jiwa ini.
Sejumlah pemilik tokoh menutup tokonya lebih awal karena merasa khawatir dengan hasil kesimpulan investigasi terkait tewasnya Breonna Taylor.
Demonstrasi yang berlangsung sejak siang hari itu berlanjut hingga malam dengan melawan penetapan jam malam. Situasi memanas setelah terdengar bunyi tembakan beberapa kali dari arah kerumunan massa.
Ini terjadi setelah polisi menembakkan bubuk merica dan granat cahaya ke arah massa. Insiden bentrokan juga terjadi antara demonstran dan polisi, yang berujung penangkapan belasan orang.
Terjadi aksi dorong-mendorong antara demonstran dan polisi yang memakai pakaian anti-huru hara. Sejumlah jendela toko di sekitar lokasi pecah oleh aksi massa.
Insiden serupa juga menimpa pria kulit hitam George Floyd, yang tewas setelah ditangkap polisi kulit putih di Minneapolis pada 25 Agustus 2020.
Sumber:
https://www.channelnewsasia.com/news/world/kentucky-louisville-breonna-taylor-protests-two-officers-shot-13140880