TEMPO.CO, Jakarta - Hasil jajak pendapat Gallup menyimpulkan dunia menjadi semakin tidak toleran terhadap imigran, kecuali Kanada, Iceland, dan Selandia Baru.
Sedangkan tujuh negara di Eropa menjadi negara yang paling menolak imigran di antaranya North Macedonia, Hungaria, Serbia, dan Kroasia.
Berdasarkan jajak pendapat dengan mewawancarai 140 ribu orang di 145 negara dan kawasan, Gallup mengindeks negara yang paling tidak toleran hingga negara paling toleran terhadap imigran.
Rentang indeksnya, dari yang terendah 1,4 di North Macedonia dan tertinggi di Kanada yakni 8.46.
Yang mengagetkan adalah sikap positif di Amerika Serikat terhadap imigran, sementara Presiden Donald Trump menjadikan isu pembatasan imigrasi sebagai landasan kebijakan dia.
"Terlepas dari kenyataan bahwa imigrasi menjadi topik hangat di Amerika, kebanyakan orang Amerika sangat menerima imigran," kata Julie Ray, ahli imigrasi Gallup seperti dikutip dari Al Jazeera, 23 September 2020.
Mereka yang diwawancarai dalam jajak pendapat Gallup pada intinya ditanya soal pandangan mereka terhadap imigran yang tinggal di negara mereka, menjadi tetangga mereka, hingga menikah dengan keluarga mereka.
Hasil jajak pendapat ini juga menunjukkan terjadi perubahan drastis pada sejumlah negara yang di tahun 2016 menerima baik para imigran, namun sekarang menolaknya. Negara itu berada di kawasan Amerika Latin yakni Peru, Kolombia, dan Ekuador. Ketiganya menolak masuk warga Venezuela yang lari dari negaranya yang sedang gaduh.
Indeks Penerimaan Imigran yang pertama kali diadakan Gallup ketika Eropa mengalami krisis tahun 2015, ketika lebih dari satu juta orang memasuki benua Eropa untuk menghindar dari perang yang berkecamuk di negara mereka dan alasan kemiskinan. Para imigran ini berasal dari negara-negara di kawasan Timur Tengah.
Negara-negara Uni Eropa saling silang pendapat tentang cara menangani para imigran yang masuk ke Eropa dengan cara berbahaya menggunakan perahu melintasi laut Mediterania.
Indeks ini dikeluarkan karena Eropa bersiap untuk membuka rencana barunya memberi suaka setelah kebakaran di kamp penuh sesak di pulau Lesboa di Yunani. Kebakaran ini mengakibatkan lebih dari 12 ribu orang pengungsi dan imigran kehilangan tempat berlindung.
Rencana baru Uni Eropa ini diungkap hari ini, 23 September 2020 yang isinya semua anggota Uni Eropa memiliki tanggung jawab legal untuk menjadi tuan rumah bagi para pengungsi. Polandia dan Hungaria menolak gagasan ini.