TEMPO.CO, Jakarta - Pilpres Amerika kian dekat. Tanggal 29 September 2020 nanti, debat pertama calon Presiden Amerika akan digelar, mempertemukan inkumben Donald Trump dan penantang baru yaitu Joe Biden.
Dikutip dari kantor berita Reuters, Rabu, 23 September 2020, debat itu akan berlangsung selama 90 menit. Moderasi debat akan ditangani oleh wartawan dan penyiar Fox News, Chris Wallace. Adapun menurut penyelenggara Debat Presiden Amerika, akan ada empat topik yang menjadi fokus debat. Berikut rincian serta latar belakang isu terkait topik yang akan diperdebatkan:
1. Pengadilan Mahkamah AS
Saat ini, Pengadilan Mahkamah AS tengah diramaikan isu komposisi hakim agung konservatif dan non-konservatif pasca wafatnya Ruth Bader Ginsburg. Sebelum Ginsburg wafat, komposisi hakim konservatif dan non konservatif adalah 5 : 4.
Gambar Hakim Mahkamah Agung AS, Ruth Bader Ginsburg diproyeksikan ke gedung Mahkamah Agung Sipil Negara Bagian New York di Manhattan, New York City, AS setelah dia meninggal pada 18 September 2020. Ruth Bader Ginsburg meninggal dalam usia 87 tahun. REUTERS/Andrew Kelly
Presiden Amerika Donald Trump dikabarkan ingin mengubah komposisi tersebut menjadi 6 : 3. Hal itu menyusul langkahnya mengajukan hakim konservatif untuk mengisi posisi yang ditinggalkan Ruth Bader Ginsburg. Selain itu, Donald Trump juga mendesak pemilihan pengganti Ginsburg dilakukan sebelum Pilpres Amerika digelar.
Capres Joe Biden menentang langkah Donald Trump tersebut. Menurutnya, komposisi hakim agung harus berimbang. Di sisi lain, ada kekhawatiran Donald Trump menginginkan komposisi hakim yang timpang untuk memudahkannya jika ada sengketa yang dibawa hingga Pengadilan Mahkamah AS.
2. Virus Corona
Isu virus Corona (COVID-19) tidak lolos dari debat calon Presiden Amerika. Per berita ini ditulis, Amerika adalah episentrum virus Corona di dunia. Amerika tercatat memiliki 7 juta kasus dan angka kematian sebesar 205 ribu. Dalam 24 jam terakhir, Amerika mencatatkan 35.696 kasus baru dan 969 kematian akibat virus Corona.
Presiden AS Donald Trump mengenakan masker ketika ia berbicara dengan para pekerja saat tur di pabrik mesin cuci Whirlpool Corporation di Clyde, Ohio, AS, 6 Agustus 2020. [REUTERS / Joshua Roberts]
Donald Trump beberapa kali dikecam karena dianggap lamban dan menyepelekan pandemi virus Corona. Sebagai contoh, ia beberapa kali menolak untuk tidak memakai masker. Di sisi lain, ia juga ribut dengan Cina karena menuding mereka sebagai dalang pandemi virus Corona.
Capres Joe Biden termasuk figur yang berkali-kali mengkritik Donald Trump terkait pengendalian pandemi virus Corona. Masalah masker dan vaksin beberapa hal yang ia singgung. Joe Biden berjanji akan berbeda dari Donald Trump walaupun ia belum pernah menyampaikan rencananya secara detil.
3. Integritas Pilpres Amerika
Salah satu isu yang sempat hangat di Amerika adalah soal mekanisme pelaksanaan pemilu. Hal ini masih berkaitan dengan virus Corona di mana situasi pandemi mendorong penyelenggara pemilu untuk memperbolehkan Pilpres Amerika digelar via pos. Dengan kata lain, pemilih tidak harus datang ke tempat pemungutan suara untuk memilih Joe Biden ataupun Donald Trump.
Seseorang memasukan surat ke kotak surat Layanan Pos AS (USPS) di Philadelphia, Pennsylvania, AS, 14 Agustus 2020. [REUTERS / Rachel Wisniewski]
Joe Biden menganggap mekanisme Pilpres Amerika via pos sangat pas untuk situasi pandemi. Selain aman, juga terkontrol. Presiden Amerika Donald Trump beranggapan sebaliknya. Menurut Donald Trump, mekanisme pos tidak aman dan mudah bocor. Pada satu kesempatan, Trump bahkan sampai meminta Pilpres Amerika ditunda daripada digelar dengan mekanisme pos.
4. Isu Rasial
Isu rasial menjadi sorotan di Amerika sejak insiden pembunuhan warga kulit hitam, George Floyd, di Minneapolis, Minnesota. George Floyd dibunuh oleh polisi setempat, Derek Chauvin, yang menindih lehernya dengan lutut hingga tak bisa bernafas.
Wali Kota New York Bill de Blasio berfoto bersama warga di sela membuat mural "Black Lives Matter" di depan Trump Tower di New York, Amerika Serikat, 9 Juli 2020. Xinhua/Kantor Fotografi Wali Kota/Ed Reed
Insiden pada bulan Mei tersebut memicu unjuk rasa Black Lives Matter besar-besaran. Hal itu tidak hanya terjadi di Amerika, tetapi juga di negara lain. Aksinya beragam mulai dari menduduki jalanan, merobohkan patung-patung dengan jejak kolonialisme, hingga meminta reformasi Kepolisian yang diyakini rasis secara sistemik.
Donald Trump mendukung reformasi tersebut, namun tidak setuju dengan aksi-aksi unjuk rasa yang ada. Ia sempat mengancam akan menggunakan aparat federal untuk memukul mundur pengunjuk rasa. Di sisi lain, Joe Biden memanfaatkan isu rasial ini untuk menentukan cawapresnya, Kamala Harris, yang merupakan keturunan India-Jamaika.
"Format dan keempat topik itu dipilih untuk memicu diskusi mendalam soal isu-isu terkini di Amerika," ujar penyelenggara debat.
ISTMAN MP | REUTERS