TEMPO.CO, Jakarta - Vatican dan Cina bersiap untuk memperbaharui hubungan diplomatik ditandai dengan kesepakatan bersejarah yakni penunjukan beberapa uskup untuk bertugas di Cina, yang membuat Amerika kesal.
Sekitar 12 juta warga Cina menganut Katolik, namun kebebasan beragama menjadi masalah di sana. Hubungan Gereja dan pemerintah tidak terjalin baik. Uskup ditunjuk oleh Partai Komunis yang ateis. Cina menolak otoritas Paus untuk menunjuk uskup yang bertugas di negara itu. Bahkan, aparat Cina kerap melakukan persekusi.
Alhasil, muncul gereja-gereja bawah tanah yang menyatakan kesetiaannya pada Vatican.
Berdasarkan laporan naharnet.com, 22 September 2020, kerja keras Paus Fransiskus untuk memulihkan hubungan dengan Cina tidak sejalan dengan upaya Presiden Trump yang memajukan tema kebebasan beragama di Cina yang diangkat dalam kampanye pemilihan presiden Amerika pada November mendatang. Trump maju lagi dalam pilpres untuk kedua kalinya.
Menteri Luar Negeri Amerika, Mike Pompeo melalui Twitter menuliskan pernyataan bahwa banyak negara menyatakan "jijik" dengan perluasan pelanggaran HAM di Cina.
"Vatican membahayakan otoritas moralnya, jika memperbaharui kesepakatan itu," cuit Pompeo.
Cairnya hubungan Vatican dan Cina melalui negosiasi selama bertahun-tahun. Vatican kemudian menandatangani perjanjian sementara yang bersejarah dengan Beijing pada 22 September 2018. Namun isi perjanjian itu belum pernah dibuka.
Fakta baru yang terpenting saat ini adalah Beijing dan Vatican sama-sama bersuara dalam menunjuk uskup. Beijing menunjuk delapan uskup asal Cina tanpa persetujuan Paus Fransiskus.
Pakar urusan Cina dari Gereja Katolik, Bernardo Cervellera kepada media Cruxnow.com pada awal September lalu mengatakan, kesepakatan Vatican dan Cina kemungkinan menarik banyak perhatian, namun sejauh ini hasilnya masih sangat sedikit.
Jika terjadi kesepakatan pembaharuan hubungan, Cervellera berharap Vatican lebih tegas kepada Cina.
Cervellera hanya khawatir Cina akan meminta Vatican mengakhiri hubungan diplomatiknya dengan Taiwan. Cina tetap menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayah kedaulatannya.
Vatican merupakan satu-satunya negara di Eropa yang memiliki hubungan diplomatik dengan Taiwan.
Sumber:
http://www.naharnet.com/stories/en/275150-vatican-china-prepare-to-renew-historic-deal-to-u-s-anger