TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Michel Aoun, Senin kemarin, memperingatkan bahwa Lebanon akan “seperti neraka” apabila pemerintahan baru tidak kunjung dibentuk. Namun, di sisi lain, Ia juga berkata bahwa sebuah keajaiban apabila reformasi segera disetujui, karena faksi yang bersaing masih bersikeras atas posisinya masing-masing.
"Saat kita sedang menghadapi krisis pembentukan pemerintahan yang seharusnya tidak perlu terjadi karena tantangan yang menanti Lebanon tidak mengizinkan kita menyia-nyiakan waktu sedikitpun," ujar Aoun, dikutip dari kantor berita Reuters, Selasa, 22 September 2020.
Saat ini, proses reformasi pemerintahan Lebanon menemui jalan buntu karena permintaan dua partai dominan Syiah di Lebanon, Partai Hizbullah yang didukung Iran dan sekutunya Gerakan Amal. Keduanya meminta menteri-menteri Syiah termasuk menteri keuangan.
Michel Aoun berkata, ia sudah menawarkan kompromi, namun belum diterima. Ia mendeskripsikan masalah tersebut sebagai perselisihan antara partai-partai Syiah di satu sisi, dengan Perdana Menteri Sunni Mustapha Adib dan mantan PM yang mendukungnya di sisi lain.
Michel Aoun mengatakan perdana menteri tidak ingin berkonsultasi dengan blok parlemen, yang seharusnya tidak boleh dikecualikan. Pada saat yang sama, ia mengatakan bahwa partai tidak boleh mendesak alokasi kementerian ke sekte tertentu.
“Dengan posisi yang kian mengeras, tampaknya tidak ada solusi di cakrawala karena semua solusi yang diusulkan adalah untuk para 'pemenang dan yang kalah',” ujar Michel Aoun.
Sebagai catatan, situasi di Lebanon terus memburuk beberapa tahun terakhir, diperparah dengan ledakan di Beirut beberapa pekan lalu. Perekonomian runtuh setelah puluhan tahun dibuang percuma, dikorupsi, dengan utang yang terus menggunung. Bank telah membekukan orang-orang dari tabungan mereka dan mata uang telah jatuh. Inflasi dan kemiskinan terus melonjak.
Dengan negara kehabisan dolar, bank sentral telah membantu mensubsidi impor bahan bakar, gandum dan obat-obatan. Saat ditanya tentang berkurangnya cadangan devisa setelah pidatonya pada hari Senin, Michel Aoun menjawab, “Uang akan habis. Apa yang bisa kami katakan? (Kepada) mereka yang bertanggung jawab mengelola uang, mengapa hal ini bisa terjadi?”
FERDINAND ANDRE | REUTERS