TEMPO.CO, Jakarta - Delegasi Iran di Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) menyebut upaya Amerika mengembalikan sanksi nuklir ke negaranya sebagai propaganda. Malah, menurut ia, langkah tersebut akan merugikan Amerika ke depannya. Hal tersebut mengacu pada fakta bahwa tidak banyak yang mendukung langkah Amerika.
"Keputusan tersebut malah akan membuat Amerika semakin terisolir," ujar juru bicara misi Iran di PBB, Alireza Miryousefi, dikutip dari kantor berita Reuters, Senin, 21 September 2020.
Diberitakan sebelumnya, Amerika mendesak Dewan Keamanan PBB untuk mengaktifkan lagi sanksi embargo persenjataan yang diterapkan kepada Iran. Namun, mayoritas anggota DK PBB menolak pengembalian sanksi tersebut. Sebanyak 13 dari 15 anggota DK PBB, termasuk sekutu Amerika, menganggap keinginan Amerika tidak terjustifikasi.
Sanksi embargo senjata itu sendiri pertama kali diterapkan pada 2007 lalu. Delapan tahun kemudian, pada 2015, Iran, Rusia, Cina, Jerman, Inggris, Prancis, dan Amerika sepakat untuk mengakhiri sanksi yang ada pada 18 Oktober 2020. Kesepakatan itu dikenal sebagai JCPOA. Belakangan, di bawah pemerintah Presiden Donald Trump, Amerika menarik diri dari JCPOA demi bisa menerapkan sanksi lagi kepada Iran.
Sikap Amerika mengacu pada keyakinan mereka bahwa Iran masih melakukan program pengayaan nuklir. Di sisi lain, juga karena menjalin kerjasama pengadaan misil jarak jauh dengan Korea Utara, yang juga mengembangkan senjata nuklir. Itu lah kenapa, di DK PBB, Amerika bersikeras sanksi embargo senjata Iran perlu diaktifkan lagi, sebelum habis masa berlakunya di bulan Oktober.
Karena desakannya tidak direspon, Amerika dikabarkan akan menerapkan sanksi baru untuk 24 figur di Iran. Sebagian besar figur yang menjadi sasaran adalah pejabat dari program pengayaan nuklir dan pengadaan senjata Iran.
Alireza Miryousefi berpendapat, apa yang dilakukan Amerika hanyalah bagian dari kampanye Donald Trump. Hal itu mengingat Pilpres Amerika akan dilangsungkan sebentar lagi. Oleh karenanya, kata ia, tidak mengherankan apabila negara-negara anggota DK PBB memutuskan untuk berseberangan dengan Amerika.
"Dunia juga tahu kalau upaya sanksi dari Amerika adalah bagian dari kampanye Pilpres. Itulah alasan kenapa banyak negara mengacuhkan desakan Amerika."
"Tekanan dari Amerika menunjukkan bahwa selalu ada propaganda baru tiap pekannya dan semuanya gagal. Mengumumkan sanksi baru tidak akan mengubah fakta ini," ujar Miryousefi.
Amerika, hingga berita ini ditulis, enggan berkomentar.
ISTMAN MP | REUTERS