TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Peru Martin Vizcarra lolos dari pemungutan suara yang akan memakzulkannya dari kekuasaan. Dalam pemungutan suara itu, kubu oposisi gagal mendapatkan dukungan untuk mendongkel Vizcarra.
Setelah debat yang dilakukan pada Jumat, 18 September 2020 dan berlangsung sekitar 10 jam, pemungutan suara oleh anggota parlemen akhirnya dilakukan. Hasilnya, sebanyak 32 suara anggota parlemen ingin Vizcarra dikeluarkan dari pemerintahan, sedangkan 78 suara menentang dan 15 suara abstain.
Kubu oposisi yang duduk di kursi kongres Peru membutuhkan 87 suara dari total 130 kursi parlemen agar bisa mendongkel Presiden Vizcarra.
Presiden Peru, Martin Vizcarra, kanan. Sumber: Peruvian Presidency/Handout via Reuters/aljazeera.com
Upaya menggulingkan Vizcarra atas tuduhan ketidak mampuan moral setelah dia di duga memiliki dengan seorang penyanyi, yang melibatkannya dalam kontrak-kontrak pemerintah.
Menjawab upaya menggulingkan dirinya ini, Vizcarra dalam pidatonya selama 20 menit tampak menantang upaya pemakzulan ini. Dia mengatakan negara tidak seharusnya dialihkan perhatiannya dari tantangan-tantangan nyata.
“Saya tidak bersembunyi. Saya belum pernah melakukan sebelumnya (bersembunyi) dan saya tidak akan melakukannya sekarang. Saya di sini dengan kepala tegak dan hati Nurani saya yang bersih,” kata Vizcarra, 57 tahun.
Inti dari krisis politik di Peru bisa dibilang bermula dari hubungan Vizcarra dengan musisi bernama Richard Cisneros. Ada kontrak-kontrak total bernilai sekitar USD 50 ribu (Rp 741 juta) yang diberikan oleh Kementerian Kebudayaan Peru kepada Cisneros untuk beragam aktivitas seperti seminar motifasi.
Dalam pidatonya sebelum Kongres dimulai, Vizcarra meminta maaf atas tersebarnya rekaman suaranya yang menggambarkan sedang mengkoordinasikan sebuah strategi pertahanan dengan dua ajudannya, mencoba merangkai cerita soal berapa kali Cisneros telah mendatanginya.
Vizcarra berkeras tidak melakukan kejahatan. Dia pun menuntut ada sebuah investigasi yang sepatutnya. Selama debat, banyak anggota parlemen mengutarakan kekecewaan pada Vizcarra, namun mereka juga mempertanyakan pemakzulan yang terburu-buru hanya akan menciptakan pergejolakan lebih parah di tengah wabah virus corona dan krisis ekonomi.