TEMPO.CO, Minsk – Seorang peretas anonim membocorkan data pribadi seribu polisi di Belarus sebagai balasan atas tindakan polisi memberangus demonstrasi jalanan, yang menuntut Presiden Alexander Lukashenko untuk mundur.
Warga Belarus bersiap untuk menggelar demonstrasi massal, yang terjadi setiap akhir pekan, untuk mendesak Lukashenko segera mundur.
“Seiring terjadinya penangkapan, kami akan terus mempublikasikan data dalam skala besar,” begitu pernyataan yang dilansir media oposisi Nexta Live lewat jejaring sosial Telegram seperti dilansir Reuters pada Ahad, 20 September 2020.
Pernyataan itu juga berbunyi,”Tidak ada seorangpun yang anonim meski memakai topeng wajah.” Ini mengacu kepada seragam polisi yang mengenakan masker bahan berwarna hitam.
Otoritas mengatakan akan mencari dan menangkap pelaku peretasan dan pembocoran data itu, yang tayang di Telegram pada Sabtu malam.
“Pasukan, cara dan teknologi yang berada di lembaga pemerintah memungkinkan untuk mengidentifikasi dan menuntut pembocor data pribadi di internet,” kata Olga Chemodanova, yang merupakan juru bicara kementerian Dalam Negeri.
Pasukan keamanan Belarus terbilang loyal kepada Lukashenko, yang membuatnya bisa bertahan sebagai Presiden selama 26 tahun.
Lukashenko mengeklaim kemenangan 80 persen suara pada pemilu 9 Agustus meski kelompok oposisi menolak dan menyebutnya melakukan kecurangan.
Sumber: