TEMPO.CO, Jakarta - Sisa racun syaraf yang digunakan untuk meracun politikus oposisi Rusia, Alexei Navalny, terdeteksi di sebuah botol air kosong di kamar hotel yang ditempatinya di Kota Tomsk, Siberia.
Tim Navalny mengatakan ini mengindikasikan Navalny terkena racun saat berada di hotel dan bukannya di bandar udara seperti yang diduga sebelumnya.
Sebuah video yang diunggah di akun Instagram Navalny menunjukkan anggota timnya memeriksa isi kamar hotel yang baru ditinggalkan di Xander Hotel di Toms pada 20 Agustus 2020.
Ini terjadi sekitar satu jam setelah tim menyadari Navalny jatuh sakit akibat penyebab yang mencurigakan.
“Saat itu diputuskan untuk mengumpulkan semua yang bisa secara hipotetis bermanfaat dan menyerahkan semuanya ke para dokter di Jerman. Jelas, kasus ini tidak akan diinvestigasi di Rusia,” begitu penjelasan tim Navalny lewat unggahan di video di akun Instagram Navalnys seperti dilansir Reuters pada Kamis, 17 September 2020.
Saat ini, Navalny sedang dalam proses pemulihan di rumah sakit Jerman setelah diterbangkan dari sebuah rumah sakit di Tomsk, yang digunakan untuk perawatan pertama.
Pemerintah Jerman meminta pemerintah Rusia menjelaskan kasus ini. Sedangkan Rusia mengatakan akan mengirim tim investigasi ke Jerman untuk mengumpulkan data.
Dokter di Jerman dan hasil pemeriksaan dua laboratorium di negara lain menunjukkan Alexei Navalny terkena racun Novichok, yang merupakan racun syaraf.
Sejumlah negara Barat meminta Jerman menghentikan rencana kerja sama dengan Rusia dalam proyek pipa gas Nord Stream 2, yang hampir selesai pembangunannya.
Sedangkan pemerintah Rusia meminta kasus Alexei Navalny ini tidak dikaitkan dengan proyek pipa gas Nord Stream 2 karena itu bersifat komersil.
Sumber:
https://www.aljazeera.com/ajimpact/russia-warns-linking-navalny-nord-stream-2-pipeline-200916113951060.html