TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Rusia menjanjikan bantuan pinjaman senilai US$1,5 miliar (Rp22 triliun) untuk Belarus dicairkan sesegera mungkin. Targetnya, paling lamban, US$1 miliar sudah cair di akhir tahun 2020. Sisanya, di tahun 2021 menurut Menteri Keuangan Rusia, Anton Siluanov.
"Dengan pinjaman ini, maka Moskow akan menstabilkan keuangan rekan kami (Belarus)," ujar Siluanov, dikutip dari kantor berita Reuters, Kamis, 17 September 2020.
Baca Juga:
Untuk pelunasan pinjaman tersebut, ditetapkan akan dimulai dari tahun depan. Hal itu mengacu pada permohonan Presiden Belarus Alexander Lukashenko ketika berkunjung ke Rusia untuk menemui Presiden Vladimir Putin.
Meski pelunasan ditetapkan dimulai per 2021, tenor dari pinjaman itu sendiri belum ditentukan. Perkiraan Siluanov, kemungkinan tenornya akan mencapai 10 tahun dengan mempertimbangkan pendapatan, pengeluaran, dan utang atas nama Belarus.
Belarus tercatat memiliki utang eksternal sebesar US$18 miliar. Separuh dari angka tersebut berasal dari Rusia. Menurut lembaga rating Moody, situasi di Belarus yang memanas pasca pilpres tidak memberikan rasa percaya diri bahwa Belarus akan mampu mengendaikan keuangannya.
Diberitakan sebelumnya, Belarus jatuh ke periode krisis pasca pilpres pada awal Agustus lalu. Presiden Belarus, Alexander Lukashenko, yang memenangi pilpres itu untuk keenam kalinya, dicurigai bermain curang oleh warga dan oposisi.
Sejak saat itu, warga turun ke jalan untuk memprotes kemenangan Alexander Lukashenko. Mereka mendesak pemilu ulang. Alexander Lukashenko menolaknya dan membalas desakan tersebut dengan menangkapi para demonstran. Selain itu, Alexander Lukashenko juga meminta bantuan Rusia untuk mengendalikan situasi di Belarus, tak terkecuali bantuan pertahanan.
ISTMAN MP | REUTERS