TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Jepang yang baru, Yoshihide Suga, 71 tahun, berjanji akan berupaya menghentikan penyebaran wabah Covid-19 dan mendorong adanya reformasi.
Menurut Suga, yang diinginkan masyarakat Jepang saat ini adalah wabah Covid-19 ditekan dan perekonomian dihidupkan lagi setelah terpukul oleh wabah penyakit ini. Suga terpilih menjadi orang nomor satu Jepang setelah mantan Perdana Menteri Shizo Abe mengundurkan diri karena sakit setelah hampir 8 tahun berkuasa.
“Ini (menghentikan wabah Covid-19) adalah hal pertama yang ingin saya kerjakan dengan kabinet saya yang baru,” kata Suga.
Seorang pria disemprot disinfektan asam hipoklorida untuk mencegah penularan virus corona ketika memasuki kedai minum Kichiri Shinjuku di Tokyo, Jepang, 19 Mei 2020.[REUTERS]
Selain menangani penghentian penyebaran Covid-19, Suga memutuskan akan mempertahankan kebijakan mantan bosnya, yakni Abenomic, namun saat yang sama mendorong adanya reformasi di antaranya di bidang deregulasi, digitalisasi dan mengurangi hambatan birokrasi.
Di bawah pemerintahan Abe dulu, Suga menjabat sebagai Kepala Sekertaris Kabinet, di antara tugas-tugasnya adalah sebagai Juru biara Pemerintah Jepang dan mengkoordinasikan antar kebijakan.
Pemerintahan Suga saat ini dihadapkan pada tantangan pandemi virus corona dan cepatnya pertumbuhan masyarakat lansia di Jepang. Suga juga harus bisa mengatasi Cina dan Amerika Serikat yang sedang bersitegang, membangun hubungan dengan Presiden Amerika yang bakal terpilih 3 November nanti, namun saat yang sama menjaga hubungan baik Jepang dengan Beijing.
Dalam sebuah acara jumpa wartawan, Suga mengatakan akan menerapkan kebijakan-kebijakan yang bisa meningkatkan hubungan Jepang dengan Amerika Serikat. Saat yang sama, dia berharap pemerintahannya bisa membangun hubungan yang stabil dengan Cina dan Rusia.