TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengaku pernah ingin mengeluarkan Presiden Suriah Bashar al-Assad pada 2017 lalu. Akan tetapi, dihalangi oleh mantan Menteri Pertahanan Amerika Serikat, James Mattis.
“Saya berencana mengeluarkan Assad. Saya sudah menyiapkannya (rencana mengeluarkan Assad), tetapi Mattis tidak ingin melakukannya, “kata Trump, kepada Fox & Friends, Selasa, 15 September 2020.
Sebelumnya pada 2018, Trump dalam sebuah acara pengarahan di Gedung Putih, menyangkal pernah ada pembahasan rencana menyingkirkan Assad.
Presiden Suriah, Bashar al-Assad, bertemu dengan tentara Suriah saat mengunjungi Ghouta, Suriah, 18 Maret 2018. SANA/Handout via REUTERS
Bob Woodward, wartawan, menulis dalam bukunya 2018 Fear, bahwa Trump sangat ingin membunuh Presiden Suriah, setelah menyeruak dugaan adanya penggunaan serangan senjata kimia pada 2017 lalu. Ketika itu Presiden Trump menyangkalnya dan menyebutnya sebagai fiksi total.
Akan tetapi, selama wawancara di acara Fox & Friends, Trump mengatakan bahwa mantan Menhan Mattis menahannya.
“Saya bisa saja mempertahankan 'rencana pembunuhan'. Saya punya kesempatan untuk mengeluarkannya (Assad) jika saya mau, dan Mattis menentangnya. Mattis menentang sebagian besar hal itu,“ kata Trump.
Dalam kesempatan itu, Presiden Trump juga menyalahkan Mattis karena tidak melakukan hal yang seharusnya dilakukan Amerika Serikat di Suriah atau Irak, setelah dua negara itu menjadi tempat bercokolnya kelompok radikal Islamic State (ISIS).
Trump mengklaim telah mengeluarkan 100 persen militan ISIS dari tempat-tempat bercokolnya, termasuk Pemimpin ISIS, Abu Bakr al-Abghdadi. Namun semua itu dilakukan setelah Menhan Mattis keluar dari pemerintahan.
Trump menyinggung pula kematian Qassem Soleimani, Panglima Garda Revolusi Iran, dengan menyebutnya salah satu langkah nyata terbesar pihaknya. Soleimani tewas dalam sebuah serangan udara oleh tentara Amerika Serikat dan dikecam oleh dunia internasional karena bisa mengancam keamanan di Timur Tengah.
Mattis berhenti sebagai Menteri Pertahanan Trump pada Desember 2018 kemarin. Dia mengklaim dalam surat pengunduran dirinya bahwa dia keluar sebagai bentuk protes agar Presiden Trump mundur dari Suriah dan memenuhi janji kampanyenya untuk meredakan konflik Timur Tengah yang diluncurkan oleh para pendahulunya.
FARID NURHAKIM
Sumber: https://www.rt.com/news/500763-trump-mattis-assad-assassination/