TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pertahanan Belarus mengatakan negara itu tidak mengesampingkan kemungkinan penggunaan kekuatan militer untuk menanggapi ancaman militer, yang mungkin terjadi.
Dilansir dari Reuters, Kemhan Belarus juga mengatakan ancaman apa pun akan ditanggapi dengan kerangka kerja Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif atau CSTO.
Ini merupakan blok keamanan pasca-Soviet, yang juga beranggotakan Rusia.
“Sejumlah negara tetangga berusaha merusak hubungan antara Minsk dan Moskow,” begitu pernyataan kemenhan Belarus seperti dilansir Reuters pada Selasa, 15 September 2020.
Pernyataan ini keluar sehari setelah Presiden Rusia, Vladimir Putin, bertemu Presiden Belarus, Alexander Lukashenko, di Sochi, Rusia.
Lukashenko dan Putin bertemu membahas masalah ekonomi dan militer. Selama ini, Lukashenko mengatakan ada pergerakan pasukan militer NATO di perbatsan Polandia dan Lithuania.
Sedangkan NATO membantah ada pergerakan pasukan seperti itu. Yang terjadi, menurut NATO, adalah latihan militer rutin yang telah dijadwalkan sejak lama.
Lukashenko, yang telah berkuasa selama 26 tahun dan dianggap sebagai orang kuat, menghadapi penolakan besar-besaran warga Belarus.
Warga memintanya mundur setelah berlangsungnya pemilu 9 Agustus yang dimenangkan Lukashenko dengan klaim 80 persen suara. Kelompok oposisi, Uni Eropa dan pemerintah Barat menudingnya melakukan kecurangan pemilu.
FARID NURHAKIM | REUTERS
Sumber: