TEMPO.CO, Jakarta - Selasa ini, waktu Amerika, normalisasi hubungan Israel oleh Uni Emirat Arab akan diteken di Gedung Putih. Bahrain dikabarkan juga akan ikut dalam penandatanganan tersebut yang menandakan mulai berubahnya peta pengaruh di Timur Tengah.
Berbagai pihak memandang kesepakatan normalisasi tersebut sebagai bentuk pengkhianatan terhadap Palestina. Sebab, Palestina membutuhkan dukungan dari negara-negara Arab untuk mempertahankan wilayah kedaulatannya dari kemungkinan dicaplok Israel.
Di sisi lain, ada juga yang beranggapan kesepakatan tersebut timbul karena faktor keuntungan dan kepentingan yang ingin diwujudkan oleh negara-negara Arab, Israel, maupun Amerika. Berikut beberapa di antaranya yang dikumpulkan Tempo dari berbagai sumber:
Pesawat F-35 Angkatan Udara Inggris mendarat dan lepas landas di kapal induk terbaru Inggris HMS Queen Elizabeth, 14 Oktober 2019. Netanyahu membantah laporan bahwa kesepakatan itu adalah bagian dari perjanjian normalisasi antara Israel dan UEA, dan sumber Gedung Putih mengonfirmasi bahwa itu tidak ada dalam kesepakatan damai, menurut Jerusalem Post, 21 Agustus 2020. (gov.uk)
1. Perdagangan Senjata
Pakar pertahanan dari Center for International Policy, William Hartung, menyebut perdagangan senjata sebagai pertimbangan penting dari kesepakatan normalisasi. Dengan menjadi sekutu Amerika, Uni Emirat Arab, Bahrain, serta Israel jadi mendapat akses bantuan pertahanan dari negeri Paman Sam tersebut.
Hal itu, menurut Hartung, sudah terlihat ketika UEA dan Amerika mulai membahas soal pembelian pesawat tempur F-35. Walau belakangan Israel menghalangi hal tersebut, menyebutnya di luar kesepakatan normalisasi, tak tertutup kemungkinan hal itu berubah di kemudian hari.
Bahrain pun, kata Hartung, pasti memasukkan perdagangan senjata dalam pertimbangannya. Dan, mungkin, akan lebih mudah dibandingkan UEA. Hal tersebut mengingat Amerika sudah pernah menjual F-16 ke mereka, apalagi setelah embargo diangkat pada 2017 lalu.
Untuk Amerika sendiri, perdagangan senjata mereka akan makin besar menurut Hartung. Sebagai catatan, di tahun 2019 atau pra-normalisasi, perdagangan senjata Amerika sudah meningkat 42 persen atau setara US$70 miliar.
Mike Pompeo . REUTERS/Tom Brenner
2.Diplomasi Tradisional
Wakil Presiden dari Center for Strategic and International Studies, Jon Alterman, menyebut normalisasi hubungan antara Israel, Uni Emirat Arab, dan Bahrain akan menyederhanakan diplomasi di Timur Tengah. Dengan begitu, penyelesaian-penyelesaian konflik di Timur Tengah diharapkan akan menjadi lebih mudah nantinya.
"Tentu jalan ke penyelesaian konflik masih panjang. Namun, saya harap, hal itu benar-benar bisa diwujudkan, bukan sekedar klaim mereka saja," ujar Alterman.
Menteri Luar Negeri Amerika, Mike Pompeo, sudah memberi sinyal soal itu. Ia mengatakan bahwa Amerika berambisi untuk terlibat aktif dalam penyelesaian konflik di Timur Tengah. Beberapa di antaranya adalah konflik negara Teluk Arab dengan Qatar, konflik dengan Iran, konflik wilayah Palestina - Israel, dan masih banyak lagi.
Mouin Rabbani dari Arab Studies Institute, berpendapat Amerika juga diuntungkan dari normalisasi ini. Menurutnya, ke depan akan lebih mudah bagi Amerka untuk memainkan pengaruh atau mengubah isu utama terkait konflik di Timur Tengah. Adapun target utama Amerika, kata ia, adalah Iran.
ISTMAN MP | AL JAZEERA
News Link:
https://www.aljazeera.com/news/2020/09/israel-ties-bind-giving-gulf-arab-states-200911162339159.html