TEMPO.CO, Jakarta - Keputusan Bahrain melakukan normalisasi hubungan dengan Israel diyakini tak lepas dari pengaruh Arab Saudi. Menurut penasehat Raja Bahrain Hamad bin Isa al-Khalifah, Marc Schneier, kecil kemungkinan Arab Saudi tidak tahu sama sekali rencana Bahrain.
"Saya mempercayai Kerajaan Bahrain sudah berkonsultasi dengan Arab Saudi sebelum mengambil keputusan, sebagai bentuk hormat," ujar Schneier, dikutip dari The Times of Israel, Senin, 14 September 2020.
Diberitakan sebelumnya, Bahrain menyusul Uni Emirat Arab untuk melakukan normalisasi hubungan dengan Israel. Hal tersebut disepakati pekan lalu di mana memicu berbagai reaksi. Beberapa negara Arab, misalnya, merasa keputusan tersebut melanggar komitmen bersama untuk membela Palestina dalam konflik wilayah kedaulatan dengan Israel.
Dari sekian banyak negara Arab yang bereaksi, Arab Saudi termasuk yang masih tutup mulut hingga saat ini. Padahal, mereka adalah negara Arab paling berpengaruh. Hal itu tak ayal membuat mereka disorot, diperdebatkan apakah terlibat dalam normalisasi hubungan Israel - Bahrain atau tidak.
Sebelum penasehat Kerajaan Bahrain berkomentar, sejumlah pakar sudah menyakini bahwa Arab Saudi pasti terlibat. Selain karena posisinya yang berpengaruh, juga karena Arab Saudi kerap memakai Bahrain sebagai kelinci percobaan untuk kebijakan-kebijakannya.
Di sisi lain, Arab Saudi juga beberapa kali membantu Israel secara tidak langsung. Salah satu contohnya, ketika memberi lampu hijau untuk rute penerbangan langsung Israel dan Uni Emirat Arab pasca normalisasi. Walau begitu, pakar tidak menyakini Arab Saudi akan melakukan normalisasi terang-terangan dengan Israel. Sebab, hal itu akan mempersulit posisi mereka terkait Palestina.
"Meski Arab Saudi terlihat lamban merespon, sangat jelas mereka terbuka untuk normalisasi dan akan terus memantau perkembangan dari kerjasama dengan Israel meski tak langsung," ujar peneliti dari lembaga think tank AS Stratfor, Ryan Bohl.
ISTMAN MP | THE TIMES OF ISRAEL