TEMPO.CO, Jakarta - Di balik normalisasi hubungan antara negara-negara Arab seperti Bahrain dengan Israel, pakar memandang ada agenda khusus Amerika. Mouin Rabbani dari Arab Studies Institute, berpendapat Amerika ingin mengubah isu utama terkait konflik di Timur Tengah.
Isu utama yang dimaksud Rabbani adalah sengketa wilayah kedaulatan Palestina dengan Israel. Amerika, menurut Rabbani, ingin memindahkan fokus dari masalah Palestina ke masalah lain yang lebih menguntungkan Amerika.
"Amerika dan Israel telah meluncurkan kampanye komprehensif untuk menghilangkan isu Palestina baik di lingkup internasional maupun regional," ujar Rabbani, dikutip dari kantor berita Al Jazeera, Senin, 14 September 2020.
Menurut Rabbani, isu yang ingin ditonjolkan Amerika untuk menggantikan isu Palestina adalah Iran. Sebab, Amerika sudah lama bermasalah dengan negara tersebut, salah satunya berkaitan dengan program pengayaan nuklirnya.
Untuk bisa memperkuat posisinya terhadap Iran, Rabbani mengatakan Amerika membutuhkan dukungan regional. Nah, sebelum normalisasi, dukungan yang dimiliki Amerika hanyalah Israel yang praktis tidak cukup untuk memukul Iran. Alhasil, Amerika harus mencari cara untuk membujuk negara-negara Arab ikut membantu.
Beruntung bagi Amerika, kebanyakan negara-negara Arab juga bermasalah dengan Iran. Melihat kesamaan yang ada, antara negara-negara Arab dengan Israel, selanjutnya tidak sulit untuk mempertemukan mereka lewat normalisasi hubungan. Hal itu belum menghitung keuntungan kerjasama lainnya dengan Israel maupun Amerika.
"Saya percaya normalisasi ini adalah hasil dari kepentingan geopolitik yang sama. Mereka memandang Israel sebagai sekutu kuat untuk melawan musuh utama mereka: Iran," ujar peneliti dari lembaga riset Palestina Al-Shabaka, Marwa Fatafta.
Isu Iran sebagai ancaman memang terus berkambang tiap tahunnya di kawasan Timur Tengah. Terutama di Yemen, Suriah, dan Lebanon yang berbatasan langsung dengan Israel. Di Yemen, misalnya, Arab Saudi belum berhenti berperang dengan pemberontak Houthi yang disokong Iran.
ISTMAN MP | AL JAZEERA