TEMPO.CO, Doha – Menteri Luar Negeri Indonesia, menyoroti soal pelibatan semua pihak dalam proses perdamaian di Afganistan.
Ini terkait dimulainya proses perundingan damai Afganistan dan Taliban, yang berlangsung di Doha, Qatar, sejak Sabtu, 12 September 2020.
“Rakyat Afgan harus menjadi jantung dari proses perdamaian ini sehingga tidak ada orang yang tertinggal di belakang termasuk perempuan,” kata Retno Marsudi seperti dilansir Reuters pada Sabtu, 12 September 2020.
Proses perundingan damai kali ini mempertemukan delegasi Afganistan dan Taliban untuk pertama kalinya.
Afganistan diwakili Ketua Dewan Perdamaian, Abdullah Abdullah. Sedangkan Taliban dipimpin Mullah Baradar Akhund.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo, mengatakan empat juru runding perempuan dari delegasi Afganistan menunjukkan adanya peranan perempuan dalam kehidupan publik. Dia mendesak capaian sosial di Afganistan agar dilindungi.
Menlu RI Retno Marsudi meluncurkan Indonesia-Afghan Women’s Solidarity Network bersama dengan tokoh perempuan Indonesia sebagai manifestasi nyata untuk memastikan partisipasi perempuan dalam masa depan Afganistan, selama kunjungan Menlu ke Kabul, Afganistan, 1 Maret 2020.[Kemenlu RI]
Sedangkan utusan khusus pemerintah AS, Zalmay Khalilzad, mengatakan kepada media bahwa upaya pencegahan terorisme merupakan hal penting.
Namun, perundingan damai ini juga harus membahas upaya perlindungan kelompok minoritas dan hak-hak perempuan. Ini akan berdampak langsung kepada keputusan Kongres soal alokasi bantuan dana untuk Afganistan. “Tidak ada cek kosong,” kata Khalilzad.
Sumber: