TEMPO.CO, Jakarta - Bahrain telah bergabung dengan Uni Emirat Arab (UEA) dengan menyetujui normalisasi hubungan Israel dengan negara itu. Kesepakatan ini dimediasi oleh Amerika Serikat.
Bahrain telah menjadi negara Arab keempat yang mencapai kesepakatan dengan Israel, mengikuti negara di jazirah Arab sebelumnya yaitu Uni Emirat Arab (UEA), Mesir, dan Yordania. Kesepakatan normalisasi ini diumumkan oleh Presiden AS, Donald Trump, pada Jumat, 11 September 2020, waktu setempat. Trump mengatakan Israel dan Bahrain telah mencapai kesepakatan penting untuk sepenuhnya menormalkan hubungan mereka.
Beberapa negara mengecam keputusan Bahrain itu dan memberi tanggapan terhadap kesepakatan normalisasi hubungan Israel-Bahrain. Berikut empat negara yang menentang langkah Bahrain tersebut.
- Palestina
Palestina mengutuk kesepakatan normalisasi Israel-Bahrain yang diumumkan oleh Presiden AS Donald Trump dan menyebutnya sebagai “tikaman dari belakang” oleh negara Arab lainnya. Langkah Bahrain disebut bisa membahayakan perjuangan masyarakat Palestina (menjadi negara merdeka).
“Kesepakatan itu merupakan tusukan di belakang perjuangan Palestina dan rakyatnya,“ kata Ahmad Majdalani, Menteri Urusan Sosial di Palestina.
Ilustrasi normalisasi hubungan Israel dan Bahrain. Sumber: stock photo/english.alarabiya.net
- Iran
Iran pada Sabtu, 12 September 2020, mengatakan langkah Bahrain menormalisasi hubungan dengan Israel akan membuat Bahrain terlibat dalam kebijakan Negara Bintang Daud, yang mengancam keamanan regional.
“Langkah memalukan Bahrain mengorbankan perjuangan Palestina dan perjuangan selama puluhan tahun, dengan memilih Amerika Serikat,“ demikian keterangan Kementerian Luar Negeri Iran.
Kementerian Luar Negeri Iran menambahkan akan meminta pertanggungjawaban pemerintah Bahrain dan sekutunya atas ketidak-amanan yang disebabkan oleh Israel di Kawasan Teluk.
- Turki
Kementerian Luar Negeri Turki pada 12 September 2020, mengecam keras keputusan Bahrain menjalin hubungan diplomatik dengan Israel. Keputusan Bahrain di nilai akan memberikan pukulan baru bagi upaya untuk membela perjuangan Palestina.
“Ini selanjutnya akan mendorong Israel untuk melanjutkan praktik tidak sah terhadap Palestina dan upaya Israel menjadikan pendudukannya di tanah Palestina permanen,“ demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Turki.
- Yaman
Menteri Informasi Keselamatan Nasional Yaman, Dhaifallah Al-Shami, menggambarkan kesepakatan antara Bahrain dan Israel untuk menormalisasi hubungan sebagai pengkhianatan besar bagi perjuangan Palestina. Al-Shami mengutuk langkah Bahrain, yang diumumkan oleh Amerika Serikat, dan menyesali ketergantungan negara-negara Arab tertentu pada Amerika Serikat. Dia menggarisbawahi bahwa masalah Palestina akan tetap menjadi masalah utama bagi Yaman dan umat islam lainnya.|
“Negara-negara yang melakukan normalisasi hubungan dengan Israel, tidak mewakili bangsa (masyarakat) mereka,“ kata Al-Shami. Dia meyebut, negara-negara yang melakukan hal seperti itu akan membayar pengkhianatan mereka.
FARID NURHAKIM
Sumber: https://www.aljazeera.com/news/2020/09/stab-palestinians-condemn-israel-bahrain-deal-200911182327985.html
https://www.reuters.com/article/us-israel-bahrain-usa-iran/iran-calls-bahrains-move-to-normalize-ties-with-israel-shameful-state-tv-idUSKBN26309T
https://www.reuters.com/article/us-israel-bahrain-usa-turkey/turkey-condemns-bahrain-decision-to-establish-ties-with-israel-idUSKBN2622ZJ
https://iqna.ir/en/news/3472532/bahrain-deal-with-israel-major-treason-yemen