TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Palestina dikabarkan melunak dalam menyikapi normalisasi Israel dan Uni Emirat Arab (UEA). Hal itu mengacu pada rancangan pidato Palestina yang disiapkan untuk pertemuan Liga Arab di Kairo, Rabu, 9 September 2020.
Dikutip dari kantor berita Reuters, rancangan pidato Palestina tergolong halus. Di dalamnya tidak ada sikap mengecam atau melawan normalisasi antara Israel dan Uni Emirat Arab. Hal itu diyakini berkaitan dengan perintah Presiden Palestina Mahmoud Abbas untuk menghindari pernyataan-pernyataan keras terhadap pemimpin negara Arab, tak terkecuali UEA, di pertemuan Liga Arab.
"Kerjasama trilateral (Amerika, Israel, UEA) tidak mengubah visi Arab perihal solusi dua negara menjadi cara untuk menyelesaikan masalah perbatasan di Timur Tengah," ujar Palestina terkait sikapnya terhadap normalisasi Isreal - UEA, dikutip dari rancangan pidatonya, Selasa, 8 September 2020
Pernyataan pada rancangan pidato tersebut kontras dengan pernyataan Mahmoud Abbas pada Agustus lalu. Ketika normalisasi Israel dan Uni Emirat Arab diteken pada 13 Agustus 2020, ia menyebutnya sebagai pengkhianatan terhadap upaya Palestina untuk menyelesaikan sengketa perbatasannya dengan Israel.
Mahmoud Abbas, kala itu, bahkan menyebut kesepakatan normalisasi yang ada terasa seperti ditusuk pisau dari belakang. Apalagi, kata Abbas, Uni Emirat Arab mengklaim mewakili Palestina dalam penandatangan normalisasi di mana kenyataannya ia tidak dikabari sama sekali.
Uni Emirat Arab, dalam penandatangan normalisasi, mengklaim kesepakatan tersebut untuk melindungi Palestina dari rencana aneksasi Tepi Barat oleh Israel. Sebab, kata mereka, Israel sepakat menunda aneksasi Tepi Barat hingga waktu yang belum ditentukan apabila ada normalisasi.
ISTMAN MP | REUTERS