TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen menyerukan aliansi negara penganut sistem demokrasi untuk mempertahankan diri dari tindakan agresif dan melindungi kebebasan.
Dia mengisyaratkan tindakan Cina di Laut Cina Selatan dan Selat Taiwan sebagai ancaman utama bagi stabilitas regional tanpa menyebut nama Cina sekalipun dalam pernyataannya.
Presiden Taiwan berbicara pada forum yang dihadiri pejabat tinggi keamanan negara itu dan sejumlah diplomat senior Barat.
Tsai mengatakan Taiwan berdiri di garis depan dalam mempertahankan demokrasi dari agresi otoriter.
“Sementara Taiwan berkomitmen meningkatkan kemampuan pertahanannya, menjaga perdamaian dan keamanan regional, keamanan juga membutuhkan upaya kolaboratif,” kata Tsai Ing-wen seperti dilansir Reuters pada Selasa, 8 Agustus 2020.
Cina, yang mengeklaim Taiwan yang demokratis sebagai wilayahnya, telah meningkatkan aktivitas militernya di sekitar pulau itu, serta di Laut Cina Selatan dan Timur, yang bersengketa.
“Sudah waktunya bagi negara-negara yang berpikiran sama, dan teman-teman demokratis di kawasan Indo-Pasifik dan sekitarnya, untuk membahas kerangka kerja guna menghasilkan upaya berkelanjutan dan bersama untuk mempertahankan tatanan strategis yang menghalangi tindakan agresif sepihak,” kata Tsai Ing-wen.
Dia menyerukan strategi untuk menghindari perang. Namun, strategi itu harus berisi tekad melindungi demokrasi dengan mendorong kerja sama, transparansi, dan penyelesaian masalah melalui dialog.
Cina telah meningkatkan tekanan pada Taiwan untuk menerima kedaulatannya atas pulau itu. Taiwan menanggapi ini dengan cara mencari hubungan lebih dekat melalui apa mereka sebut sebagai sesama negara demokrasi.
FARID NURHAKIM | REUTERS