TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Belarus, Alexander Lukashenko, untuk pertama kalinya mengucapkan bahwa ia kemungkinan sudah terlalu lama memimpin negaranya. Hal tersebut menyusul memanasnya situasi di Belarus usai dirinya memenangkan posisi presiden untuk keenam kalinya berturut-turut.
Walau mengaku sudah memimpin Belarus terlalu lama, Alexander Lukashenko menegaskan bahwa pernyataannya tersebut bukan sinyal dirinya akan mundur. Sebaliknya, kata ia, dirinya tidak memiliki rencana untuk berhenti memimpin Belarus.
"Saya mungkin satu-satunya orang yang mampu melindungi Belarus sekarang," ujar Lukashenko sebagaimana dikutip dari kantor berita Reuters, Selasa, 8 September 2020
Alexander Lukashenko menambahkan bahwa ia tidak menutup kemungkinan pemilu Belarus berikutnya digelar lebih awal. Dan, dirinya menyakini akan tetap menang untuk memastikan pendukung-pendukung tidak diserang oleh oposisi.
Sebagai catatan, Alexander Lukashenko sudah memimpin Belarus sejak tahun 1994. Pada Agustus kemarin, ia memenangi Pilpres Belarus untuk keenam kalinya, namun dicurigai bermain curang oleh oposisinya.
Sejak pilpres itu rampung, Alexander Lukashenko menghadapi berbagai tekanan dari luar dan dalam Belarus. Di Belarus, warga turun ke jalan untuk mendesak pemilu ulang. Sementara itu, di luar, organisasi internasional memberikan sanksi kepadanya.
Ia bergeming sejauh ini. Alexander Lukashenko tidak mau menuruti kemauan oposisi dan menawarkan power sharing sebagai gantinya. Adapaun perkembangan terbaru, pemerintahan Alexander Lukashenko dikabarkan mencoba mengusir oposisi-oposisinya dari Belarus seperti Maria Kolesnikova.
ISTMAN MP | REUTERS
News link:
https://www.reuters.com/article/us-belarus-election-lukashenko/belarusian-leader-lukashenko-says-he-may-have-been-in-power-too-long-russian-news-agencies-idUSKBN25Z1P3?il=0
https://www.reuters.com/article/us-belarus-election-lukashenko-future/belarusian-leader-lukashenko-says-he-does-not-rule-out-early-presidential-elections-russian-media-idUSKBN25Z1RX?il=0