TEMPO.CO, Jakarta - Normalisasi hubungan Israel dan UEA (Uni Emirat Arab), yang diteken beberapa pekan lalu, membuka berbagai kesepakatan kerjasama di antara keduanya. Selain pariwisata, kedua negara juga mengincar kerjasama dagang. Israel bahkan menaksir nilai perdagangan tahunan antara Israel dan Uni Emirat Arab bisa mencapai US$4 miliar (Rp59 triliun).
"Dalam tiga atau lima tahun, nilai perdagangan antara Israel dan Uni Emirat Arab bisa mencapai US$4 miliar," ujar Menteri Intelijen Israel, Eli Cohen, sebagaimana dikutip dari kantor berita Reuters, Senin, 7 September 2020.
Nilai tersebut, menurut keterangan pihak Cohen, sudah menghitung perdagangan senjata juga. Namun, belum diketahui akan seberapa besar porsi untuk hal itu mengingat Israel mencoba untuk mempertahankan kekuatan pertahanannya di Timur Tengah.
Uni Emirat Arab, di sisi lain, telah menyatakan bahwa mereka akan mengakhiri semua pemboikotan ekonomi kepada Israel. Dan, Uni Emirat Arab menginginkan kerjasama seluas-luasnya dengan Israel mulai dari pertahanan, energi, obat-obatan, pariwisata, teknologi, hingga finansial.
Untuk pariwisata, misalnya, beberapa maskapai penerbangan sudah mulai mengantongi slot untuk rute Tel Aviv ke Uni Emirat Arab. Contoh lain, untuk finansial, direktur dua bank terbesar di Israel akan berkunjung ke UEA bulan ini untuk membahas potensi kerjasama.
Diberitakan sebelumnya, Israel dan Uni Emirat meneken kesepakatan normalisasi yang dimediasi oleh Amerika. Hal tersebut menjadikan Uni Emirat Arab sebagai negara Arab/ Muslim ketiga yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Salah satu isi perjanjiannya adalah menunda aneksasi Tepi Barat Palestina hingga waktu yang belum ditentukan.
Walau begitu, kesepakatan normalisasi itu mendapat berbagai kecaman dari negara Arab/ Muslim karena mengkhianati upaya Palestina untuk menyelesaikan sengketa wilayahnya dengan Israel. Mereka menganggap Uni Emirat Arab hanya mencari keuntungan untuk diri sendiri, bukan mencoba melindungi Palestina.
ISTMAN MP | REUTERS