TEMPO.CO, Jakarta - Jerman pada Minggu, 6 September 2020, meningkatkan tekanan pada Rusia terkait kasus Alexei Navalny diracun. Jerman memperingatkan kurangnya dukungan dari Moskow dalam investigasi bisa memaksa Berlin memikirkan ulang nasib proyek pipa gas Jerman – Rusia, Nord Stream 2.
“Saya berharap Rusia tidak akan memaksa kami untuk mengubah posisi kami terkait pipa gas Nord Stream 2,” kata Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas kepada surat kabar Bild.
Proyek Nord Stream 2 [Sputniknews]
Proyek pipa gas Nord Stream 2 hasil kerja sama Jerman – Rusia sekarang sedang dibangun di Laut Baltik. Alexei Navalny adalah politikus dan oposisi Rusia, yang suka mengkritik Kremlin. Dia sekarang di rawat di Berlin, Jerman, setelah diracun pada 20 Agustus 2020 dalam sebuah penerbangan domestik di Rusia.
Maas mengatakan jika tidak ada kontribusi dari Rusia pada investigasi kasus Alexei Navalny dalam beberapa hari ke depan, maka pihaknya akan berkonsultasi dengan mitra-mitra Jerman (nasib Nord Stream 2). Maas tidak mengecualikan kemungkinan dijatuhkannya sanksi terhadap Rusia, namun dia mengakui menghentikan pembangunan Nord Stream 2 yang hampir rampung bisa merugikan perusahaan-perusahaan Jerman, Eropa dan Rusia.
“Siapa pun yang menuntut ini harus menyadari konsekuensinya. Lebih dari 100 perusahaan dari 12 perusahaan di Eropa terlibat dalam pembangunan Nord Stream 2, separuh dari jumlah itu adalah perusahaan dari Jerman,” kata Maas.
Jerman saat ini menghadapi tekanan agar memanfaatkan proyek bersama pipa gas Jerman – Rusia untuk menekan Negeri Beruang Merah memberikan jawaban atas kasus Navalny. Jika sudah rampung nanti, Nord Stream 2 nantinya bisa mengirimkan gas dari Rusia ke Jerman lewat Laut Baltik atau melalui Ukraina.
Kanselir Jerman, Angela Merkel, menyebut kasus Navalny diracun adalah upaya pembunuhan yang ditujukan untuk membungkam pengkritik Presiden Rusia, Vladimir Putin. Merkel pun menyerukan agar dilakukan investigasi penuh.
Sumber: https://apnews.com/e6eced1c8ae4ec70acc91e5b16e630a0