TEMPO.CO, Jakarta - Pemeirntah Pusat Rusia di Kremlin mendesak Jerman untuk lebih transparan terkait kondisi Alexei Navalny. Rusia bahkan mengklaim bahwa dokter-dokter mereka di Serbia bersikap lebih terbuka soal kondisi Alexei Navalny ketika dirawat di sana.
Desakan tersebut menyusul pernyataan Jerman bahwa Alexei Navalny benar-benar diracun. Adapun racun yang teridentifikasi adalah jenis racun syaraf Novichok. Karena racun tersebut dikembangkan di Rusia dan sempat digunakan oleh agen intelijen mereka, Jerman mencurigai Rusia sebagai dalang di balik upaya pembunuhan Navalny.
"Menurut dokter kami, Alexei Navalny tidak diracun. Sementara itu, Jerman menemukan adanya sejenis racun pada Navalny. Kami ingin berdialog dengan Jerman soal itu," ujar juru bicara Pemerintah Rusia, Dmitry Peskov, dikutip dari kantor berita Reuters, Sabtu, 5 September 2020.
Dmitry Peskov menjelaskan, Pemerintah Rusia hanya ingin memastikan kebenaran racun yang diklaim Jerman sebagai Novichok tersebut. Harapannya, dengan berdialog, kedua negara bisa saling bertukar data medis dari dokter masing-masing.
Di sisi lain, kata Dmitry Peskov, data dari Jerman juga bisa membantu penyelidikan yang mereka lakukan. Peskov memastikan investigasi kasus Navalny akan digelar dan melibatkan berbagai spesialis.
"Jika memang terkonfirmasi ada racun (Novichok) di tubuh Alexei Navalny, tentu akan ada konsekuensi legal atas hal tersebut. Kami ingin semua pihak berpegang pada fakta," ujar Dmitry Peskov.
Seperti diberitakan sebelumnya, Alexei Navalny adalah kritikus asal Rusia yang konsisten mengkritik Kremlin. Pada Agustus lalu, ia jatuh koma saat melakukan perjalanan dari Serbia ke Moskow. Ketika dilarikan ke Rumah Sakit Charite Berlin, Jerman, terungkap bahwa ada Novichok di tubuhnya.
Hingga berita ini ditulis, Jerman belum melakukan investigasi ataupun menjatuhkan sanksi berat ke Rusia. Mereka tengah berkonsultasi dengan berbagai pihak, termasuk NATO dan Uni Eropa, soal bagaimana harus bertindak. Beberapa pihak menyarankan Jerman menghentikan proyek pipanisasi gas Nord Storm 2 sebagai hukuman kepada Rusia.
ISTMAN MP | REUTERS