TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Intelijen Prancis terlibat dalam upaya mendorong Lebanon mewujudkan pemerintahan baru dan melakukan reformasi.
Menurut sejumlah sumber di Lebanon pada Kamis, 3 September, ini merupakan upaya Presiden Emmanuel Macron untuk menarik keluar Lebanon dari krisis ekonomi yang sangat parah.
Kondisi Lebanon semakin terpuruk setelah mengalami ledakan di Beirut pada awal Agustus, yang menewaskan sekitar 190 orang dan melukai sekitar 6 ribu orang.
Selama kunjungannya ke Lebanon pada Selasa pekan ini, Macron memberi waktu kepada politisi Lebanon hingga akhir Oktober untuk mulai melakukan reformasi.
Dia memperingatkan mereka menghadapi sanksi jika korupsi masih menghalang upaya reformasi.
Berdasarkan informasi dari tiga pejabat Lebanon, Bernard Emie, yang merupakan direktur jenderal intelijen eksternal Prancis atau Direction Générale de la Sécurité Extérieure (DGSE), telah melakukan sejumlah kontak dengan para pejabat Lebanon mengenai masalah yang dibahas selama kunjungan Macron.
“Dia mengikuti semua file yang disajikan Macron dalam kunjungan terakhirnya dengan tujuan untuk menjalin hubungan sebanyak mungkin dengan pejabat-pejabat Lebanon di berbagai spektrum politik,” kata pejabat senior Lebanon seperti dilansir Reuters pada Kamis, 3 September 2020.
“Dia (Ernie) mendesak mereka untuk mempercepat pelaksanaan reformasi.”
Saat ditanya apakah Emie memainkan peran, kantor kepresidenan Prancis mengatakan,“Presiden melakukan tindak lanjut dan semua orang di negara melakukan tugasnya. Menteri Luar Negeri akan menelepon nanti.”
Emil sebelumnya ditunjuk sebagai duta besar untuk Lebanon pada 2004 setelah menjabat sebagai penasihat Presiden Prancis Jacques Chirac. Dia masih ada di pos itu ketika bekas PM Lebanon, Rafik al-Hariri, teman dekat Chirac, tewas akibat ledakan bom mobil pada 2005.
Emil kemudian diangkat sebagai kepala DGSE tidak lama setelah Macron menjabat pada 2017.
Emil adalah salah satu dari beberapa pejabat Prancis yang menindaklanjuti kontak dengan sejumlah faksi di Lebanon. Yang lain adalah Emmanuel Bonne, kepala penasihat diplomatik Macron dan mantan utusan ke Beirut, kata sumber tersebut.
Macron menjadi sorotan utama dalam upaya internasional untuk menekan politisi Lebanon yang terpecah-belah untuk mengatasi krisis. Krisis tersebut sudah dipandang sebagai ancaman terbesar bagi stabilitas dan eksistensi Lebanon sejak perang saudara 1975-1990.
FERDINAND ANDRE | REUTERS
Sumber: