TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi angkat suara terkait laporan Pentagon “Military and Security Development Involving the People’s Republic of China 2020”. Retno menyatakan wilayah Indonesia tidak dapat dan tidak akan dijadikan basis atau pangkalan maupun fasilitas militer bagi negara manapun.
“Secara tegas, saya ingin menekankan bahwa sesuai dengan garis dan prinsip politik luar negeri Indonesia, maka wilayah Indonesia tidak dapat dan tidak akan dijadikan basis atau pangkalan maupun fasilitas militer bagi negara manapun. Saya ulangi, wilayah Indonesia tidak dapat dan tidak akan dijadikan basis atau pangkalan maupun fasilitas militer bagi negara manapun,” kata Retno, Jumat, 4 September 2020.
Sejumlah media internasional, seperti newsweek, sputnik dan PLA Daily, menulis bahwa militer Cina resmi menugaskan brigade rudal balistik jarak menengah Dong Feng 26 atau DF-26. Rudal ini dijuluki Guam Killer, karena mampu menjangkau pulau kecil Guam, merupakan pangkalan militer terpenting Amerika Serikat di Samudra Pasifik. weibo.com
Sebelumnya dalam laporan Pentagon pada Selasa, 1 September 2020, disebutkan Indonesia merupakan salah satu negara yang dianggap oleh Cina sebagai lokasi bagi fasilitasi logistik militernya.
Situs asia.nikkei.com mewartakan dalam laporan Pentagon tersebut, Cina tampaknya telah menganggap Myanmar, Thailand, Singapura, Indonesia, Pakistan dan Sri Lanka serta beberapa negara Afrika dan Asia tengah lainnya sebagai fasilitas logistik. Zack Cooper, peneliti dari lembaga kajian American Enterprise Institute, mengatakan pernyataan seperti ini tampaknya pertama kali dalam observasi semacam ini yang diungkapkan dalam laporan.
Laporan itu mencatat, Cina telah mengajukan penawaran (jadi fasilitas logistik) ke Namibia, Vanwatu dan Negara Kepulauan Solom. Cooper mengatakan laporan tersebut menekankan keinginan Cina bertindak secara global.
Cina pertama kali membuka pangkalan militernya di luar negeri pada 2017 di Djibouti, sebuah negara di tanduk Afrika, dan sejauh ini, baru di sana pangkalan militer Cina yang ada di luar negeri. Kehadiran Cina di Djibouti telah memberikan kemampuan pada Beijing untuk merespon kontijensi yang bisa berdampak pada investasi Cina, infrastrukturnya di kawasan dan 1 juta warga negara Cina di Afrika dan 500 ribu warganya di Timur Tengah.
Sumber: https://asia.nikkei.com/Politics/International-relations/China-eyes-military-footing-in-Thailand-Myanmar-and-Pakistan-US