TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, mengatakan pemerintah Yunani dan Turki telah bersepakat untuk berdiskusi demi menghindari bentrokan yang tidak disengaja di Laut Mediterania Timur.
Ini merupakan bagian dari upaya menurunkan ketegangan, yang meningkat, antara Turki dan Yunani terkait hak pegelolaan cadangan gas alam di kawasan laut itu.
“Menyusul diskusi saya dengan para pemimpin Yunani dan Turki, kedua sekutu sepakat untuk mengadakan pembicaraan teknis di NATO mengenai penetapan mekanisme penurunan konflik militer guna mengurangi risiko insiden dan kecelakaan di Laut Mediterania Timur,” kata Stoltenberg seperti dilansir Reuters pada Kamis, 3 September 2020.
Dua negara anggota Organisasi Pertahanan Atlantik Utara atau NATO, Turki dan Yunani, bersengketa atas hak pengelolaan gas alam di Laut Mediterania Timur dan batasan landas kontinen mereka.
Sengketa memburuk ketika kapal fregat Turki dan Yunani mengalami senggolan pada Agustus.
Kemenlu Turki mengatakan dukungan terhadap inisiatif NATO dan berharap Yunani melakukan hal sama. Diskusi yang dilakukan di NATO bukan untuk menyelesaikan masalah bilateral antara kedua negara namun soal tindakan yang ditangani oleh militer kedua negara.
“Kami ingin menegaskan kembali bahwa negara kami siap untuk dialog tanpa syarat untuk menemukan solusi yang langgeng dan adil dengan Yunani atas semua masalah di antara kami dalam kerangka hukum internasional,” begitu pernyataan dari kemenlu Turki.
Yunani telah melakukan latihan militer bersama militer Prancis dan Itali di perairan itu. Turki juga melakukan latihan yang sama.
Jerman juga memimpin dorongan diplomatis untuk dialog yang lebih luas. Kanselir Jerman Angela Merkel telah berbicara kepada Presiden Turki Tayyip Erdogan melalui video konferensi.
Erdogan dan Merkel membahas perselisihan tersebut. Presiden Turki mengatakan bahwa Yunani, Siprus, dan negara-negara yang mendukung mereka ‘telah mengambil langkah-langkah yang meningkatkan kebuntuan dan ketegangan’.
“Presiden kami menilai dukungan sejumlah negara atas sikap tidak adil dan egois dari Yunani tidak dapat diterima,” kata sebuah pernyataan dari kantor Erdogan. Kantor Erdogan mengucapkan terima kasih atas upaya Merkel.
Yunani, dengan dukungan Uni Eropa, menuduh Turki melakukan tindakan agresif dan pelanggaran batas maritimnya.
“Kami telah mencatat keinginan sekretaris jenderal NATO untuk bekerja menyiapkan mekanisme de-eskalasi. Namun hanya dengan pemindahan semua kapal Turki dari landas kontinen Yunani dengan segera yang akan menyebabkan de-eskalasi,” kata seorang diplomat Yunani.
FERDINAND ANDRE | REUTERS
Sumber: