TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok perjuangan Palestina, Hamas, memberikan waktu dua bulan untuk Israel mengimplementasikan gencatan senjata.
Pejabat senior Hamas, Khalil al-Hayya, mengatakan pada Selasa malam bahwa kerusuhan akan kembali terjadi di perbatasan selatan jika Israel melanggar gencatan senjata.
"Tuntutan kami adalah agar pendudukan (Zionis) mengikuti semua perjanjian sebelumnya tanpa menunda," kata al-Hayya dalam wawancara dengan TV resmi Hamas al-Aqsa, dikutip Times of Israel, 2 September 2020.
"Kami beri waktu pendudukan (Zionis) dua bulan, dan kami akan memantau perilakunya dalam melaksanakan proyek dan mendatangkan proyek lain. Mereka perlu melaksanakan proyek," katanya.
Hamas dan Israel sepakat untuk mengakhiri eskalasi kerusuhan selama berminggu-minggu di sepanjang perbatasan Israel-Gaza pada Senin, Reuters melaporkan.
Berdasarkan kesepakatan, yang ditengahi oleh utusan Qatar, Hamas akan mengakhiri peluncuran balon pembakar, dan Israel akan mengakhiri serangan udara, kata seorang pejabat Palestina yang mengetahui mediasi.
Tentara Israel berlari saat berusaha memadamkan api yang disebabkan balon api dari warga Palestina di dekat perbatasan Israel antara Israel, Gaza, 17 Agustus 2020. Melalui balon api, warga Palestina berharap Israel menahan blokade jalur yang dikuasi oleh Hamas. REUTERS/Amir Cohen
Hampir sepanjang Agustus, kelompok militan yang berbasis di Gaza meluncurkan ratusan balon peledak dan pembakar, serta roket, melintasi pagar perbatasan Israel, yang merespons dengan serangan udara malam terhadap sasaran Hamas dan menutup penyeberangan komersial Kerem Shalom dengan Gaza, titik masuk untuk bahan bakar dan bahan konstruksi.
Hamas memberikan keterangan bagaimana eskalasi terjadi. Menurut al-Hayya, Israel-lah yang memicu baku tembak selama berminggu-minggu.
"Kami awalnya berencana untuk melawan ini dengan semua alat yang kami miliki ...termasuk melalui protes Great March of Return untuk menekan Israel, bahkan jika masalah seperti itu menyebabkan eskalasi," kata al-Hayya. Dia mengatakan munculnya pandemi virus corona telah mencegahnya.
"Kaum muda kami dan kaum muda revolusioner mulai menekan Israel dengan balon-balon peledak," kata al-Hayya. Mediasi yang diberikan Qatar, kata dia, sebatas menegakkan kesepakatan lama.
“Kami tidak membuat kesepakatan baru; sebaliknya, kami menstabilkan yang lama," ujar al-Hayya.
Setidaknya US$ 17 juta (Rp 250 miliar) akan masuk ke Gaza bulan ini, kata utusan Qatar Mohammad al-Emadi mengumumkan pada hari Selasa. Al-Hayya mengatakan bahwa setelah proyek lain yang dijanjikan dan gaji pegawai negeri yang didanai Qatar ditambahkan, jumlahnya sama dengan tuntutan Hamas. Secara keseluruhan, lebih dari US$ 30 juta (Rp 441 miliar) bantuan Qatar akan masuk ke Gaza bulan ini, katanya.
Sumber:
https://www.timesofisrael.com/hamas-deputy-well-give-israel-two-months-to-implement-ceasefire/