TEMPO.CO, Jakarta - Australia akan menanam agen intelijen di beberapa perusahaan swasta menurut badan intelijen siber Australia, Australian Signal Directorate. Hal tersebut direncanakan setelah Canberra dihajar rentetan kejahatan siber berupa peretasan terhadap infrastruktur pentingnya beberapa waktu lalu.
“Kami sudah mulai bekerjasama dengan sejumlah perusahaan dan mereka setuju untuk menerima agen kami sehingga kami lebih memahami dan mendapat gambaran soal ancaman siber yang ada,” ujar Rachel Noble, Kepala dari Australian Signal Directorate, Selasa, 1 September 2020.
Menurut estimasi Pemerintah Australia, serangan siber terhadap bisnis dan rumah tangga bisa menelan kerugian hingga AU$29 miliar atau setara Rp311 miliar. Angka tersebut kurang lebih 1,5 persen dari PDB Australia. Agar kerugian tersebut tidak membesar, mereka berencana menganggarkan pertahanan siber senila AU$1,6 miliar untuk 1 dekade ke depan.
Kembali ke Noble, Ia tidak menyebutkan secara spesifik nama-nama perusahaan yang akan menerima agen intelijennya. Ia hanya bisa mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan swasta yang akan terlibat adalah mereka yang penting dan berpengaruh.
Apabila melihat kasus-kasus kejahatan siber yang terjadi akhir-akhir ini, beberapa perusahaan swasta yang dihajar peretasan adalah perusahaan manufaktur, teknologi, dan makanan. Beberapa contoh di antaranya adalah Bluescope Steel dan Bega Cheese.
Tahun lalu, Australia juga menghadapi kejahatan siber pada tiga partai politik terbesar di parlemen. Australia yakin bahwa Cina bertanggung jawab atas serangan ini, walaupun saat itu Cina membantahnya.
FERDINAND ANDRE | REUTERS