TEMPO.CO, Jakarta - Pria yang gambarkan sebagai pahlawan dalam film Hollywood "Hotel Rwanda", Paul Rusesabagina, ditangkap atas tuduhan terorisme dan dipamerkan di depan media dengan tangan diborgol.
Rusesabagina yang diperankan oleh Don Cheadle dalam film nominasi Oscar "Hotel Rowanda" yang dirilis pada 1994, menceritakan tentang bagaimana dia menggunakan pekerjaannya sebagai manajer hotel dan hubungannya dengan para elit Hutu untuk melindungi orang Tutsi yang melarikan diri dari pembantaian.
Pada saat itu, dia adalah seorang manajer di hotel Milles Collines tempat dia menyembunyikan dan melindungi orang-orang di hotel mewah.
Pada Senin, dua petugas polisi membawa pria berusia 66 tahun itu ke konferensi pers di markas besar Biro Investigasi Rwanda dan membiarkan media merekam dan mengambil fotonya, menurut laporan Reuters, 1 September 2020.
Rusesabagina tidak berbicara. Dia pernah mengatakan di masa lalu bahwa dia adalah korban dari kampanye kotor di Rwanda.
"Rusesabagina dicurigai sebagai pendiri atau pemimpin atau sponsor atau anggota kelompok teroris ekstremis bersenjata yang kejam ... beroperasi di berbagai tempat di wilayah ini dan di luar negeri," kata juru bicara biro tersebut, Thierry Murangira, kepada wartawan.
Pengunjung melihat foto-foto korban genosida yang ditampilkan di Museum Memorial Genosida Rwanda di Gisozi, Kigali, Rwanda, Sabtu, 6 April 2019. Rwanda melangsungkan peringatan tragedi yang terjadi 25 tahun yang lalu selama sepekan. REUTERS/Baz Ratner
Thierry Murangira mengatakan Rusesabagina akan menghadapi beberapa tuduhan termasuk terorisme, pendanaan terorisme, pembakaran, penculikan, dan pembunuhan.
Biro itu mengatakan di Twitter dia telah ditangkap melalui kerja sama internasional tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Surat perintah internasional dikeluarkan untuk penangkapannya dan dia saat ini ditahan polisi di Kigali, ibu kota Rwanda, kata Biro Investigasi Rwanda, dikutip dari CNN.
Rusesabagina, seorang kritikus Presiden Paul Kagame, pindah ke luar negeri setelah genosida dan memenangkan pengakuan dunia, menerima penghargaan sipil tertinggi Amerika Serikat, Presidential Medal of Freedom, pada 2005.
Tapi di dalam negeri dia telah memicu kemarahan dengan peringatan genosida lain, kali ini oleh Tutsi melawan Hutu. Dia menuai kritik dari beberapa korban genosida dan Kagame yang menuduhnya mengeksploitasi genosida untuk keuntungan komersial.
Pada 2010, jaksa penuntut mengatakan bahwa pihak berwenang memiliki bukti bahwa Rusesabagina telah mendanai kelompok teroris, meskipun tidak ada dakwaan yang diajukan.
Pihak berwenang Rwanda sejak itu mengatakan dia memiliki peran dalam serangkaian dugaan serangan oleh pemberontak Front Pembebasan Nasional (FLN) di Rwanda selatan di sepanjang perbatasan dengan Burundi pada 2018.
Rusesabagina, yang ayahnya adalah Hutu tetapi ibu dan istrinya Tutsi, membantah telah mendramatisir perannya dalam menyelamatkan Tutsi. Namun, dia belum secara terbuka menanggapi tuduhan mendukung kelompok bersenjata.
Sekitar 800.000 Tutsi dan Hutu moderat dibantai selama periode 100 hari di negara Afrika tengah itu dari 6 April 1994.
Tentara dari pemerintah yang dipimpin Hutu dan sekutu milisi etnis mengatur genosida di mana para korban dibacok sampai tewas dengan parang, dibakar hidup-hidup, atau ditembak.
Genosida Rwanda berakhir ketika pemberontak Tutsi, yang dipimpin oleh Kagame, merebut kendali dan memicu eksodus lebih dari 2 juta orang Hutu.
Sumber:
https://edition.cnn.com/2020/08/31/africa/rwanda-genocide-paul-rusesabagina-arrest/index.html