TEMPO.CO, Jakarta - Ulang tahun Presiden Belarus Alexander Lukashenko berlangsung "meriah". Ribuan warga turun ke jalanan kota Minsk, Ibu Kota Belarus, untuk merayakan ulang tahunnya dengan kegiatan unjuk rasa. Hadiahnya, mereka menjuluki diktator terakhir di Eropa tersebut sebagai "Tikus".
"Selamat ulang tahun 'Tikus',"ujar warga Belarus sembari membentangkan bendra merah putih tanda perlawnan di dekat kediaman Alexander Lukashenko, Ahad kemarin, 30 Agustus 2020.
Pada Ahad kemarin, Alexander Lukashenko merayakan ulang tahunnya yang ke-66. Kurang lebih 26 tahun di antaranya ia habiskan untuk memimpin Belarus. Ia tercatat sudah enam kali memenangkan Pilpres di Belarus.
Adapun saat ini Alexander Lukashenko tengah berjuang untuk melawan gerakan protes dan mogok kerja yang telah berlangsung selama lebih dari sepekan. Gara-garanya, warga menyakininya telah mencurangi Pilpres Belarus yang berlangsung awal Agustus lalu. Sebelum dijuluki demonstran sebagai "Tikus", Alexander Lukashenko sudah lebih dulu menjuluki para kritikusnya dengan julukan itu.
Julukan "Tikus" dan pembentangan bendera tanda perlawanan bukan satu-satunya hadiah dari warga. Untuk memeriahkan hari ulang tahun Alexander Lukashenko, mereka juga membawa rangkaian bunga, balon, dan membunyikan klakson mobil sebagai tanda solidaritas terhadap mereka yang berjuang melawan Lukashenko.
Aksi warga tak ayal memicu reaksi keras dari aparat. Secara sporadis mereka, yang mengenakan pakaian sipil, menangkap para pengunjuk rasa dengan van hitam. Total, kurang lebih ada 140 warga ditahan menurut keterangan Kementerian Dalam Negeri. Hal itu belum meghitung 17 jurnalis media asing yang izin meliputnya dicabut.
Salah satu pejabat Belarus, Nikolai Latyshenok, mengatakan tidak ada rencana negosiasi dengan oposisi setalah apa yang terjadi akhir-akhir ini. Ia pun mengklaim hanya 20-30 persen warga Belarus saja yang memprotes Alexander Lukashenko.
“Sudah berulang kali, mari kita putuskan segalanya dengan damai," ujar Latyashenok. Sebelumnya, Lukashenko sempat menyatakan bahwa dirinya membuka peluang untuk power sharing dan perubahan konstitusi. Hal itu berubah setelah ia mengamankan dukungan dari Rusia dan akan bertemu dalam beberapa pekan ke depan.
FARID NURHAKIM | REUTERS