TEMPO.CO, Bangkok – Sekitar 1,200 orang pendukung kerajaan Thailand berkumpul pada Ahad, 30 Agustus 2020 untuk mendukung monarki.
Ini terjadi setelah gerakan mahasiswa berulang kali menggelar demonstrasi nyaris setiap hari untuk mendesak reformasi peran kerajaan dalam sistem bernegara.
Mahasiswa juga menyuarakan desakan agar PM Prayuth Chan-ocha mundur karena dianggap korup dan mengubah Konstitusi yang menguntungkan kekuasaan kelompok militer.
“Kelompok demonstran yang mayoritas terdiri dari orang tua berteriak Thai Pakdee atau loyal kepada Thailand,” begitu dilansir Reuters pada Ahad, 30 Agustus 2020.
Banyak dari demonstran ini mengenakan pakaian berwarna kuning dan lainnya putih. Mereka mendesak agar publik melindungi sistem kerajaan dan negara.
Demonstrasi ini berlangsung di alam stadion olahraga di Ibu Kota Bangkok. Sebagian dari mereka memakai bandana dengan tulisan “We Love The King”.
Ada yang membawa plakat bertuliskan “Selamatkan Bangsa”, “Jangan Ganggu Loyalis”, dan “Langkahi Mayatku Jika Menjatuhkan Institusi”.
Salah satu tokoh sayap kanan Thailand pendukung gerakan ini adalah Warong Dechgitvigrom. Dia meluncurkan kelompok ini pada bulan lalu karena merasa kerajaan mendapat serangan. “Tujuan dari kelompok ini adalah untuk melindungi kerajaan dengan pengetahuan dan fakta,” kata Dechgitvigrom seperti dilansir Reuters
Sumber: