TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menyerukan agar dilakukan upaya pencegahan penyebaran wabah virus corona dan ancaman datangnya angin topan. Kantor berita KCNA pada Rabu, 26 Agustus 2020 mewartakan sebuah pertemuan besar yang dihadiri kalangan politburo Partai Buruh, digelar.
Pertemuan itu digelar di tengah pandemik virus corona yang akan semakin menambah beban pada perekonomian Korea Utara. Belum lama ini, Korea Utara telah menutup perbatasan dan terkena musibah banjir.
KCNA dalam pemberitaannya menyebut pertemuan tersebut untuk membahas beberapa tugas dalam kondisi darurat nasional mencegah masuknya virus corona yang mematikan.
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un menghadiri pertemuan majelis politik Komite Sentral Partai Buruh Korea, di Korea Utara, dalam foto yang dirilis pada 14 Agustus 2020. Dalam pertemuan tersebut, Kim mengatakan bahwa akan menutup perbatasannya dan menolak bantuan dari luar negeri karena telah melakukan kampanye anti virus yang agresif. KCNA via REUTERS
Korea Utara sejauh ini belum melaporkan adanya kasus virus corona, namun pada bulan lalu Kim Jong Un mengatakan virus ini mungkin sudah masuk negaranya. Ucapan itu disampaikan setelah seorang laki-laki dilaporkan mengalami gejala infeksi virus corona. Akan tetapi WHO melaporkan hasil tes laki-laki itu selanjutnya kurang meyakinkan (kalau dia kena virus corona).
Kim Jong Un pada Agustus ini sudah mencabut lockdown yang diberlakukan di Kota Kaesong setelah diduga ada seseorang terkena virus corona di sana.
Kantor berita KCNA melaporkan pertemuan anggota politburo itu mendiskusikan langkah-langkah darurat untuk mencegah rusaknya perkebunan dan kerusakan lain yang bakal disebabkan angin topan Bavi. Angin topan Bavi diperkirakan akan menyapu Korea Utara dalam beberapa hari ke depan. Hujan lebat dan banjir juga telah menimbulkan kekhawatiran terhadap suplai makanan di Korea Utara yang telah menjadi negara terisolasi.
Partai Buruh, partai yang berkuasa di Korea Utara sebelumnya mengatakan akan menggelar sebuah kongres pada tahun depan guna memutuskan rencana lima tahun. Kongres itu digelar setelah sebuah pertemuan partai menemukan adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional dan standar hidup.