TEMPO.CO, Dhaka – Pengungsi warga Muslim Rohingya di Bangladesh menggelar aksi protes diam pada Selasa, 25 Agustus 2020 untuk menandai peringatan tahun ketiga bentrok antara kelompok perlawanan Rohingya melawan militer Myanmar.
Insiden ini memicu pembalasan dari pasukan Myanmar, yang menyerang desa yang dihuni warga minoritas Muslim Rohingya. Warga mengungsi secara besar-besaran ke Bangladesh untuk menyelamatkan diri.
“Kami dipaksa ke luar dari tempat tinggal kami sehingga pindah ke kamp pengungsi terbesar dunia,” kata grup pengungsi Rohingya dalam pernyataan seperti dilansir Reuters pada Selasa, 25 Agustus 2020.
Temuan tim investigasi PBB mengatakan serangan pasukan militer Myanmar dan milisi bertujuan untuk melakukan genosida atau penghapusan etnis.
Lebih dari 700 ribu warga minoritas Rohingya melarikan diri ke Bangladesh pada pertengahan 2017. Mereka bergabung dengan sekitar 200 ribu orang lainnya yang telah berada di sana.
Militer Myanmar menolak temuan tim investigasi PBB ini. Mereka beralasan serangan militer itu sah karena untuk melawan kelompok perlawanan Rohingya. Militer menuding balik pembakaran desa dilakukan oleh kelompok perlawanan Myanmar.
Kelompok pengungsi Rohingya mengatakan mereka mengalami genosida tersembunyi di Myanmar selama beberapa dekade. Mereka memohon PBB dan organisasi internasional untuk menyatakan serangan militer yang terjadi pada 2017 sebagai tindakan genosida.
“Tolong berdiri bersama dengan warga Rohingya yang tidak bersalah. Dan semoga kami bisa kembali ke rumah kami,” kata mereka dalam pernyataan.