TEMPO.CO, Manila – Dua ledakan bom termasuk satu bom bunuh diri terjadi di Pulau Jolo, Filipina Selatan, dan menewaskan 15 orang.
“Kami mengecam keras ledakan yang terjadi di Jolo,” kata Harry Roque, juru bicara Presiden Rodrigo Duterte, seperti dilansir Channel News Asia pada Senin, 24 Agustus 2020.
Sumber di militer mengatakan kedua bom meledak dalam rentang satu jam di kota yang menjadi basis kelompok Abu Sayyaf itu. Kelompok ini mencoba memisahkan wilayah dari kekuasaan Manila dan mendirikan pemerintahan berbasis Islam.
Pejabat militer mengatakan bom pertama meledak pada siang hari ketika sebuah bom rakitan yang dipasang di sebuah sepeda motor meledak.
Motor itu terparkir di dekat dua truk militer sehingga menewaskan sejumlah tentara dan warga sipil.
Saat polisi sedang memeriksa lokasi, seorang perempuan yang membawa bom mencoba menerobos garis polisi lalu meledakkan dirinya serta menewaskan sejumlah orang di sekitarnya.
Delapan tentara dan enam warga sipil tewas dalam serangan ini. 27 petugas keamanan dan 48 warga sipil terluka.
Reuters melansir belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas insiden ini. Ini merupakan serangan terbesar di sana sejak Januari 2019.
Saat itu, dua orang pelaku bom bunuh diri meledakkan dirinya di sebuah gereja di Jolo dan menewaskan lebih dari 20 orang serta melukai lebih dari 100 orang.
Sumber: