TEMPO.CO, Jakarta - Belarus diguncang gelombang unjuk rasa dalam dua pekan terakhir. Unjuk rasa pada Minggu, 23 Agustus 2020, mulai mengarah pada tuntutan agar Presiden Alexander Lukashenko mengundurkan diri.
Berikut empat poin akan apa yang terjadi di panggung politik Belarus seperti dikutip dari reuters.com :
1. Aksi protes dipicu klaim kemenangan oleh Presiden Lukashenko, padahal hasil pemilu 9 Agustus lalu masih dipersengketakan. Lukashenko sudah 26 tahun menjadi orang nomor satu di Belarus.
Presiden Rusia, Vladimir Putin (kanan) dan Presiden Belarus, Alexander Lukashenko. Reuters
2. Dalam pemilu awal Agustus lalu, seorang kandidat presiden dari oposisi, Sviatlana Tsikhanouskaya, maju untuk menggantikan suaminya yang dijebloskan ke penjara. Tsikhanouskaya adalah mantan guru dan fotonya tampil di kertas surat suara menggantikan suaminya.
Tsikhanouskaya sekarang berada di Lithuania, sebuah negara yang bertetangga dengan Belarus. Dia berlindung ke negara itu setelah adanya serangkaian ancaman terhadapnya.
3. Rusia adalah sekutu tradisional Belarus. Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov mengatakan Tsikhanouskaya sudah memulai membuat pernyataan-pernyataan politik dan menggambarkan agenda politiknya kebalikan dari konstruktif, menciptakan perpecahan dengan menghasilkan sentimen anti-Rusia dan memapas budaya serta Bahasa Rusia dengan tujuan agar bisa bergabung dengan Uni Eropa dan NATO.
Ucapan Lavrov itu dibantah oleh Tsikhanouskaya. Dia meyakinkan sangat ingin melihat Belarus menjaga hubungan baik dengan Rusia. Namun begitu, Belarus harus tetap independen dan tidak berintegrasi lebih jauh dengan Rusia.
4. Menteri Lavrov mengingatkan seruan agar Presiden Lukashenko mengundurkan diri sama dengan mendorong terjadinya krisis ala-Venezuela.