TEMPO.CO, Jakarta - Otoritas Bandara Changi Singapura, Changi Airport Group (CAG) dan Maskapai Singapore Airlines (SIA) menyambut baik kebijakan pemerintah Singapura untuk melonggarkan larangan perjalanan dalam negeri (inbound travel) dari Brunei Darussalam dan Selandia Baru.
Keputusan pelonggaran ini diumumkan pemerintah Singapura pada Jumat, 21 Agustus 2020.
Per 1 September 2020 nanti, pendatang dari kedua negara tersebut tak akan lagi mendapat pemberitahuan untuk tetap di rumah (stay home). Nantinya, mereka dapat datang ke Singapura dengan syarat melakukan tes Covid-19 saat mereka tiba.
"Pemulihan perjalanan udara dan pengiriman udara merupakan katalis yang sangat dibutuhkan untuk memulihkan perdagangan global dan ekonomi yang terdampak oleh Covid-19," ujar SIA Group, seperti dilansir dari Channel News Asia.
Mereka mengatakan kebijakan itu adalah langkah penting untuk membangun kembali lalu lintas perjalanan udara Singapura. SIA Group menyebut akan terus bekerja sama dengan pemerintah Singapura dan semua pemegang kepentingan untuk mendukung kebijakan ini.
Diketahui SIA, SilkAir, dan Scoot merupakan maskapai dengan total penumpang terbanyak yang mendominasi lebih dari setengah lalu lintas keluar masuk di Bandara Changi pada tahun lalu.
Dengan pelonggaran ini, SIA Group mengatakan akan terus berkomunikasi dengan otoritas setempat untuk menjamin kesehatan dan keamanan pelanggannya, para pegawainya, dan komunitas di dalamnya.
Adapun CAG mengatakan telah siap menyambut kembali kedatangan para pendatang yang ingin berlibur ke Singapura.
"CAG menyambut kebijakan terkait pembukaan kembali inbound leisure travel dari Selandia Baru dan Brunei," ujar Juru Bicara mereka, Ivan Tan.
Ivan mengatakan kebijakan ini adalah kabar baik bagi Bandara Changi. Hal ini juga langkah menyakinkan yang ia harap dapat menjadi awal kebangkitan perjalanan udara di Singapura. Ivan juga mengatakan kesehatan dan keamanan staf serta pendatang di Bandara Changi akan tetap menjadi prioritas utama mereka.
"Kami akan terus bekerja bersama berbagai agensi pemerintah dan rekanan bandara, untuk memfasilitasi proses keamanan travel di Changi ketika menerima pendatang dari kedua negara tersebut," ujar Ivan.
Pada Juli, SIA Group melaporkan kehilangan keuntungan mencapai $1,12 miliar. Hal ini karena mereka harus secara drastis memotong kapasitas mereka karena pelarangan travel yang dikeluarkan pemerintah setempat akibat pandemi Covid-19.